Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan data perdagangan Indonesia yang defisit masih membayangi pergerakan rupiah sehingga diperkirakan akan membebani neraca transaksi berjalan.
"Pasar masih melihat data ekonomi Indonesia yang diumumkan pada awal pekan ini. Mata uang Indonesia tertekan ke level terlemah sejak bulan Februari tahun ini," kata dia
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan tren laju mata uang euro yang melemah setelah indeks manufaktur di negara kawasan Eropa yang cenderung melambat, memberi imbas negatif pada rupiah.
"Indeks manufaktur Inggris, Jerman, dan Uni Eropa mengalami perlambatan," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, meningkatnya pembayaran dividen oleh emiten memicu permintaan mata uang dolar AS di dalam negeri meningkat sehingga turut memberikan respons negatif bagi rupiah.
Kendati demikian, lanjut dia, mata uang domestik masih memiliki peluang menguat terhadap dolar AS menyusul pengumuman data produksi Amerka Serikat yang mengalami penurunan.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014