London (ANTARA News) - Ratusan masyarakat Hindu Bali yang berdomisili di Eropa, seperti Belgia, Luksemburg, Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, dan Swedia merayakan Galungan dan Kuningan di Pura Agung Shanti Bhuana, Belgia, akhir pekan lalu.
Perayaan ini untuk pertama kalinya digelar di Pura Agung Shanti Bhuana, sebuah pura Bali terbesar di luar Indonesia yang merupakan bagian dari Taman Indonesia yang dibangun di atas tanah 6 hektar, dan terletak di Taman Pairi Daiza di kota Brugellete, 85 km dari Kota Brussel, Belgia, kata Counsellor KBRI Brusel Riaz J.P. Saehu kepada Antara London, Rabu.
Masyarakat Hindu tersebut pada umumnya merupakan anggota Banjar Bali dari Belanda Banjar Suka Duka dan dari Belgia Banjar Shanti Dharma , dari Paris Sekar Jagat Indonesia serta masyarakat Hindu yang berdomisili di Luksemburg, Inggris, Jerman dan Swedia.
Perayaan diawali dengan persembahyangan bersama yang dimulai pukul 11.00 pagi waktu setempat, dipimpin Pendeta Hindu Ida Pedanda Dalem Putra Sibang yang datang dari Bali khusus untuk kegiatan ini, dengan tujuh orang pendamping.
Dalam kesempatan ini Pedanda juga melakukan pelukatan/pembersihan secara Hindu dan Sudi Wadani/penyucian untuk menjadi umat Hindu Bali bagi 15 orang warga Eropa.
Dalam sambutannya mewakili KBRI Brussel, Wakil Kepala Perwakilan RI, Kristanyo Hardojo menyampaikan bahwa perayaan Galungan dan Kuningan adalah salah satu perayaan keagamaan yang penting di rayakan oleh masyarakat Hindu Bali.
Perayaan ini sekaligus memberikan gambaran toleransi kehidupan antar umat beragama di Indonesia, dimana seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari berbagai agama dan budaya, dapat memperingati hari besarnya secara bersama-sama di mana pun mereka berada, di Indonesia maupun di luar negeri.
Lebih lanjut disampaikan bahwa keberadaan Pura Agung Shanti Bhuana ini tidak saja sebagai tempat peribadatan umat Hindu, tapi sekaligus menjadi ajang promosi khasanah budaya Indonesia di Eropa.
Sedangkan Ketua Perkumpulan masyarakat Hindu Belgia, I Made Wardana dalam sambutannya menyampaikan agar masyarakat Hindu Bali yang berdomisili di Eropa dapat tetap menjaga keteguhan hati dengan menghargai budayanya sendiri, di tengah gempuran budaya global yang serba praktis, dan mempengaruhi semua lini kehidupan.
Kegiatan keagamaan ini juga dihadiri oleh ribuan masyarakat umum dari berbagai kota di Belgia dan sekitarnya, yang sekaligus dapat menyaksikan pertunjukan kesenian Bali yang dimeriahkan dengan tari Pendet dan Kecak oleh Grup Sekar Jagat Indonesia Paris; Pelestarian gending gending anak-anak Bali oleh Grup Banjar Suka Duka Belanda.
Selain itu Tari Nelayan, Tari margapati, Tari cendrawasih oleh grup kesenian Saling Asah Belgia dan pertunjukan khusus yaitu Topeng Bondres yang ditampilkan Seniman Besar Bali, I Nyoman Durpa dan kelompok Dwi Mekar Bali yang khusus datang dari Indonesia. Penonton sangat antusias menyambut pertunjukan yang berlangsung selama 2,5 jam secara berturut- turut.
"Kita harus tetap teguh dengan kesucian hati, walau digoda oleh sang kala tiga wisesa yaitu musuh dalam diri kita. Sifat-sifat adharma/Bhuta tersebut disomya agar berubah menjadi dharma atau kebaikan dengan cara-cara berpikir positif, menghormati sesama dan menghargai siapa pun.
Maka dari itu kita harus mengedepankan selalu perbuatan baik, dan menjauhkan sifat bhuta raksasa yang jelek, niscaya dharma akan menang selamanya," demikian pesan khusus perayaan Galungan dan Kuningan yang disampaikan oleh seniman besar Bali I Nyoman Durpa selaku I Punta, sekaligus menutup perayaan tersebut pukul 17.00 waktu setempat.
Pewarta: Zenita Gibon
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014