Surabaya (ANTARA) - Ketua Dewan Penasihat DPD Himpunan Keluarga Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bertekad mewujudkan smart village untuk meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah setempat.

"Karena saat ini Jatim sudah memiliki 4.000 lebih desa mandiri. Maka kami sudah siapkan desa mandiri rakyatnya cerdas sejahtera. Itu sebetulnya pintu masuk ke smart village,” kata Khofifah usai dilantik di Surabaya, Rabu.

Tak ketinggalan, Jatim juga sudah punya desa devisa yang jumlahnya tertinggi di Indonesia. Dengan adanya desa devisa dan juga smart village maka akan menjadi alat untuk menahan agar anak anak muda tidak hijrah ke kota.

“Karena mereka sudah bisa mendapatkan income jadi ibaratnya mereka bergerak di desa tapi rejeki kota. Ini yang akan kita bangun bersama,” katanya.

Di sektor pertanian, Khofifah juga ingin mewujudkan plaza ikan yang nantinya bisa untuk menjadi daya tarik sektor wisata di Jawa Timur.

Dia mengemukakan di negara-negara lain seperti Jepang, Korea sudah memiliki sentra sentra plaza ikan yang digunakan wisatawan baik dalam maupun luar negeri untuk berwisata kuliner.

"Kami ikhtiarkan agar ini bisa terwujud. Selain itu juga saat ini di Jatim sudah banyak pemanfaatan teknologi pertanian. Misalnya nabur benih dan pupuk sudah dengan drone. Sehingga sangat sesuai untuk petani millenial,” katanya.

Khofifah menyampaikan optimisme dan juga komitmennya untuk mengembangkan sektor pertanian di Jawa Timur.

“Hampir di semua sektor kita tertinggi. Mulai pertanian, peternakan, perikanan, Jawa Timur tertinggi secara nasional. Itulah mengapa Jawa Timur disebut sebagai lumbung pangan nasional,” kata Khofifah.

Karena itu, secara khusus dalam kesempatan ini Khofifah menyampaikan pada Ketua Umum HKTI Fadli Zon untuk mengupayakan bersama bagaimana Indonesia bisa mewujudkan swasembada daging seperti yang telah dicapai Jawa Timur.

“Swasembada daging saya rasa sangat mudah untuk bisa dihitung. Karena di Jatim itu ada Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) milik Kementan di Singosari. Memang milik Kementerian Pertanian, namun lembaga tersebut telah memberi banyak manfaat dan berkah untuk sektor peternakan Jawa Timur," katanya.

Dia bercerita ketika misi dagang, sering menyampaikan ayo kirim tim untuk belajar ke BBIB. Karena lebih dari 20 negara di dunia itu mengirim tim untuk belajar bagaimana bisa menyiapkan seperti BBIB.

“Karena daging jauh lebih mudah dan sangat bisa diukur. Beda dengan padi misalnya. Tapi untuk daging lebih mudah diukur untuk bisa swasembada,” ujarnya.

Baca juga: Fadli Zon lantik kepengurusan DPD HKTI Jatim periode 2024-2029
Baca juga: HKTI usulkan HPP gabah di tingkat petani naik jadi Rp6.757 per kg
Baca juga: HKTI Jabar: Perbaiki data penerima sebelum ubah skema subsidi pupuk

 

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024