Brussel (ANTARA) - Tingkat inflasi tahunan zona euro diproyeksikan turun menjadi 1,8 persen pada September 2024, turun dari 2,2 persen yang tercatat pada Agustus, menurut proyeksi awal yang dirilis oleh Eurostat pada Selasa (1/10). Ini menandai kali pertama dalam tiga tahun terakhir angka inflasi turun di bawah target Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB).
Harga-harga jasa mencatat kenaikan sebesar 4 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada September, turun tipis dari 4,1 persen pada Agustus. Tingkat inflasi untuk makanan, alkohol, dan tembakau naik tipis dari 2,3 persen pada Agustus menjadi 2,4 persen pada September. Sementara itu, tingkat inflasi untuk barang-barang industri nonenergi tetap stabil di level 0,4 persen. Di sisi lain, harga energi terus menyusut, dengan laju penurunan semakin dalam dari -0,3 persen pada Agustus menjadi -0,6 persen pada September.
Di antara negara-negara zona euro, Belgia mencatat tingkat inflasi tertinggi, yakni sebesar 4,5 persen (yoy), naik dari 4,3 persen yang tercatat pada Agustus. Sebaliknya, Irlandia melaporkan tingkat inflasi terendah sebesar 0,2 persen, menandai penurunan signifikan dari 1,1 persen pada bulan sebelumnya.
"Inflasi zona euro turun menjadi 1,8 persen, dengan inflasi inti turun menjadi 2,7 persen pada September," kata Bert Colijn, Kepala Ekonom ING.
Inflasi zona euro yang mereda membuat ECB mulai melonggarkan kebijakan moneternya yang ketat, yang diterapkan sejak September 2023. Sejak Juni, bank sentral itu telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 basis poin. Mereka juga menegaskan bahwa penyesuaian suku bunga ke depannya akan bergantung pada data yang ada.
"Seiring inflasi yang bergerak menuju target dengan laju lebih cepat dari yang diperkirakan, kekhawatiran ECB tampaknya beralih ke arah kondisi pertumbuhan yang lesu," tambahnya.
Colijn memperkirakan inflasi akan mengalami rebound pada kuartal keempat, tetapi mengatakan bahwa target ECB sebesar 2 persen masih dapat dicapai dalam jangka menengah. Dia menekankan bahwa perlambatan pertumbuhan, akibat melemahnya permintaan, berpotensi menimbulkan tantangan tambahan.
Sejak musim panas, kekhawatiran terhadap inflasi bergeser menjadi kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi. Colijn menekankan bahwa, dengan pertumbuhan yang kini berada di bawah tekanan, ECB mungkin akan terdorong untuk mempercepat respons kebijakannya.
Inflasi zona euro yang mereda membuat ECB mulai melonggarkan kebijakan moneternya yang ketat, yang diterapkan sejak September 2023. Sejak Juni, bank sentral itu telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 basis poin. Mereka juga menegaskan bahwa penyesuaian suku bunga ke depannya akan bergantung pada data yang ada
Presiden ECB Christine Lagarde menegaskan kembali pada Senin (30/9) bahwa, "Data baru yang tersedia saat pertemuan Dewan Pemerintahan pada September memperkuat keyakinan kami akan kembalinya inflasi ke target 2 persen secara tepat waktu."
Pewarta: Xinhua
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2024