Seoul (ANTARA) -  Ekspor Korea Selatan (Korsel) mencatat pertumbuhan selama 12 bulan berturut-turut karena permintaan yang kuat untuk semikonduktor dan mobil buatan lokal, demikian ditunjukkan data pemerintah pada Selasa (1/10).

Nilai ekspor, yang menyumbang sekitar separuh dari perekonomian yang digerakkan oleh ekspor tersebut, naik 7,5 persen dari setahun sebelumnya menjadi 58,77 miliar dolar AS (1 dolar = Rp15.204) pada September dan terus meningkat sejak Oktober tahun lalu, ungkap Kementerian Perdagangan, Perindustrian, dan Energi Korsel.

Impor naik 2,2 persen dari tahun sebelumnya menjadi 52,12 miliar dolar AS pada September, menyebabkan surplus perdagangan bergerak ke angka 6,65 miliar dolar AS. Neraca perdagangan positif tercatat selama 16 bulan berturut-turut sejak Juni tahun lalu.

Dari 15 barang ekspor utama negara itu, enam produk mencatatkan peningkatan dalam pengiriman keluar (outbound).

Ekspor semikonduktor naik 37,1 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 13,62 miliar dolar AS pada September, mempertahankan tren kenaikan selama 11 bulan berturut-turut.

Pertumbuhan dua digit ini dipicu oleh permintaan cip yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), harga cip memori yang lebih tinggi, dan peluncuran ponsel pintar (smartphone) baru.

Pengiriman perangkat seluler melonjak 19,0 persen menjadi 1,92 miliar dolar AS berkat pemulihan pasar smartphone global, sementara ekspor komputer meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,51 miliar dolar AS karena permintaan berkelanjutan untuk solid state drive (SSD).

Ekspor panel layar menyusut 4,3 persen menjadi 1,73 miliar dolar AS bulan lalu, mempertahankan tren penurunan selama dua bulan berturut-turut.

Pengiriman otomotif naik 4,9 persen menjadi 5,48 miliar dolar AS pada Agustus, mengalami rebound dalam empat bulan karena permintaan yang kuat untuk kendaraan listrik hybrid.

Pengiriman untuk komponen otomotif dan mesin umum masing-masing turun ke angka 1,81 miliar dolar AS dan 3,81 miliar dolar AS, tetapi ekspor untuk kapal melonjak 76,2 persen menjadi 2,39 miliar dolar AS karena permintaan yang kuat untuk kapal bernilai tambah tinggi.

Ekspor untuk produk minyak dan petrokimia masing-masing mencatat penurunan satu digit menjadi 4,04 miliar dolar AS dan 3,84 miliar dolar AS saat harga minyak mentah turun.

Minyak mentah Dubai, yang menjadi tolok ukur Korsel, rata-rata dijual seharga 73,5 dolar AS per barel pada September, turun 21,2 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Ekspor untuk baja dan tekstil masing-masing mencatat penyusutan satu digit menjadi 2,77 miliar dolar AS dan 860 juta dolar AS, sementara ekspor peralatan rumah tangga dan baterai sekunder masing-masing turun dua digit menjadi 610 juta dolar AS dan 700 juta dolar AS.

Ekspor ke Amerika Serikat naik 3,4 persen dari setahun sebelumnya menjadi 10,42 miliar dolar AS pada September, mempertahankan tren kenaikan selama 14 bulan berturut-turut sejak Agustus tahun lalu.

Pengiriman ke negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) naik 0,6 persen menjadi 9,46 miliar dolar AS karena permintaan yang kuat dari Vietnam, dan ekspor ke Uni Eropa (UE) melonjak 5,1 persen menjadi 6,03 miliar dolar AS.

Ekspor ke Jepang, Amerika Latin, dan India masing-masing turun menjadi 2,49 miliar dolar AS, 2,26 miliar dolar AS, dan 1,47 miliar dolar AS. Akan tetapi, pengiriman ke Timur Tengah meningkat 15,5 persen menjadi 1,60 miliar dolar AS.

Mengenai barang-barang impor, nilai impor tiga sumber energi utama, yaitu minyak mentah, gas alam, dan batu bara, turun 8,0 persen menjadi 10,36 miliar dolar AS pada September dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Impor nonenergi tumbuh 5,3 persen menjadi 41,76 miliar dolar AS karena permintaan yang lebih tinggi untuk cip dan nafta.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024