Harga yang kita gunakan akan bergerak setiap tahun, jadi tujuannya untuk memotret aktivitas-aktivitas ekonomi baru yang muncul dengan cepatDenpasar, Bali (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali akan memakai metode chain volume measures (CVM) untuk mengukur dampak dari keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur.
"Belum pernah (berbasis CVM) sebelumnya, metode penghitungan BPS menggunakan harga konstan di tahun dasar atau 2010. Kami ingin mengangkat bagaimana dampak dari penetapan Sanur sebagai kawasan ekonomi khusus kesehatan, sekaligus berkaitan dengan Hari Statistik Nasional," kata Plt Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan di Denpasar, Bali, Rabu.
Ia menjelaskan selama ini produk domestik regional bruto (PDRB) atau pertumbuhan ekonomi di Bali dihitung dengan pembandingnya harga konstan tahun 2010.
Sementara, di KEK Kesehatan Sanur akan banyak komoditas baru muncul yang belum ada pada 2010, sehingga jika menggunakan CVM, maka pembandingnya adalah harga berlaku tahun sebelumnya.
"Harga yang kita gunakan akan bergerak setiap tahun, jadi tujuannya untuk memotret aktivitas-aktivitas ekonomi baru yang muncul dengan cepat," ujar Kadek.
Statistisi Ahli Madya Direktorat Neraca Pengeluran BPS Mohamad Arif Kurniwan menambahkan indikator ekonomi dan sosial dalam mengukur PDRB dengan dibangunnya kawasan Sanur masih tetap sama, namun banyak pembaharuan karena berbasis CVM.
Ia mencontohkan ketika menggunakan metode lama dengan patokan tahun 2010 akan sulit dibandingkan dengan KEK Kesehatan Sanur yang memiliki klinik estetika dan klinik stem cell.
"Sekarang makin banyak produk baru, produk lama hilang, ada pula produk substitusi, lalu kalau kendaraan dua tahun terakhir ada kendaraan listrik, maka pembandingnya dengan tahun dasar akan terlalu jauh," kata Arif.
Untuk itu CVM akan digunakan dalam mengukur dampak kawasan ini terhadap pertumbuhan, namun masyarakat pengguna data tidak akan mendapat lagi penghitungan PDRB atas dasar harga konstan.
"CVM akan lebih akurat, penghitungan PDRB akan seperti biasa tapi deflator atau indeks harga untuk mengoreksi nilainya dilakukan menggunakan tahun lalu," ujarnya.
Kepala Bappeda Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra menambahkan bahwa KEK Kesehatan Sanur memang diharapkan dapat membawa efek ganda terhadap ekonomi Bali.
Di samping menggaet turis berkualitas yang ingin melakukan pengobatan, kawasan tersebut juga diharapkan dapat menampung tenaga kerja lokal.
"Keberadaan KEK sejalan konsep Ekonomi Kerthi Bali bahwa pariwisata harus dikembangkan berkualitas dilandasi kearifan lokal, tidak hanya medis juga kebugaran, pengguna medical tourism itu 10 persennya sakit dan 90 persennya hanya periksa, itu tren sekarang," ujarnya.
Baca juga: Pertamina IHC ungkap pembangunan BIH capai 80 persen
Baca juga: Bali International Hospital kembangkan pusat perawatan jantung
Baca juga: Sandiaga temui investor asing bahas KEK Kesehatan Bali
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024