Anomali iklim bisa menimbulkan kekeringan sekaligus curah hujan yang tinggi di lain sisi, sehingga harus tetap diwaspadai

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mengimbau masyarakat agar waspada terhadap anomali cuaca yang terjadi saat ini dan berpotensi menimbulkan berbagai bencana.

"Anomali iklim bisa menimbulkan kekeringan sekaligus curah hujan yang tinggi di lain sisi, sehingga harus tetap diwaspadai," kata Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Mataram Tri Budiprayitno di Mataram, Rabu.

Apalagi, katanya, mulai 30 September sampai 31 Desember 2024 Kota Mataram sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan karena beberapa indikasi di sejumlah kelurahan di Mataram sudah terjadi penurunan debit air bersih sehingga harus dibantu dengan injeksi air bersih dari PTAM Giri Menang.

Tetapi kemarin (Selasa 1/10), sambungnya, hujan mulai turun dengan intensitas sedang, tidak lama dan tidak merata. Dengan demikian, kondisi cuaca saat ini tidak bisa diprediksi.

Baca juga: Menko PMK minta HATHI beri perhatian khusus terhadap anomali cuaca

Oleh karena itulah, lanjut dia, masyarakat harus tetap waspada terutama di kawasan pesisir pantai yang setiap tahun menjadi kawasan rawan abrasi pantai akibat gelombang pasang.

"Kemarin kami sudah meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk melakukan pengecekan di kawasan pesisir. Alhamdulillah sejauh ini kondisi masih aman terkendali," katanya.

Selain itu pihaknya juga sudah meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram untuk mengambil langkah-langkah antisipasi munculnya berbagai jenis penyakit pada masa peralihan musim atau pancaroba.

Informasi yang diterima, penyakit yang biasa muncul saat musim pancaroba adalah infeksi saluran pernapasan seperti flu, batuk, gangguan penciuman, gangguan pengecapan, demam, nyeri tenggorokan, nyeri otot dan persendian, nyeri kepala, pusing, bahkan bisa sampai sesak, dan beragam keluhan lainnya.

Baca juga: BMKG: Anomali cuaca picu hujan sepekan terakhir di wilayah Sulsel

Selain itu, kata dia, potensi penyakit demam berdarah akibat dari berkembang biak nyamuk dan kurangnya kewaspadaan masyarakat dalam menerapkan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) plus PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) juga harus diantisipasi.

Pasalnya, saat musim pancaroba kasus demam berdarah selama ini cenderung mengalami peningkatan karena nyamuk lebih mudah untuk berkembang biak ketika musim hujan dan cuaca yang lembab.

"Untuk itulah kami sudah meminta Dinas Kesehatan juga agar segera mengambil langkah-langkah antisipasi," katanya.

Baca juga: Dinkes Mataram: Waspadai DBD dampak anomali cuaca


Pewarta: Nirkomala
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024