Jakarta (ANTARA) - ASEAN menegaskan komitmen untuk mengatasi risiko-risiko penggunaan AI (kecerdasarn buatan) melalui kebijakan AI yang bertanggung jawab yang mempromosikan transparansi, akuntabilitas, dan inklusivitas.

Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn yang memberikan sambutan dalam AI Opportunity Southeast Asia Forum menyampaikan bahwa AI memiliki peluang besar, namun terdapat bahaya dan tantangan signifikan yang jika dibiarkan tanpa pengawasan, dapat memperburuk masalah yang ada seperti bias, diskriminasi, dan pelanggaran privasi.

“Risiko-risiko ini menyoroti pentingnya memiliki kerangka kerja tata kelola yang kuat dan pedoman etika yang ada untuk memastikan pengembangan AI sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan sosial kita, serta tujuan masyarakat,” kata Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn, di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu (2/10).

"Berangkat dari peluang-peluang itu dan juga mempertimbangkan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut,", lanjutnya, "ASEAN melalui Pertemuan Menteri Digital ASEAN ke-empat pada Februari lalu, mendukung Pedoman ASEAN tentang Tata Kelola dan Etika Kecerdasan Buatan".

“Pedoman ini menguraikan pendekatan kita dalam mengatur dan memanfaatkan potensi AI, meletakkan dasar bagi peraturan AI yang koheren dan kerja sama lintas batas di seluruh kawasan,” ucapnya.

Mengikuti pedoman tersebut, ASEAN telah mendirikan Kelompok Kerja Tata Kelola AI yang berfokus pada mempromosikan penggunaan AI yang aman dan bertanggung jawab.

Kelompok tersebut saat ini sedang memperluas pedoman AI untuk memasukkan kerangka kerja tambahan untuk AI generatif yang akan mengatasi risiko unik yang ditimbulkan oleh AI generatif.

Lebih lanjut, Sekjen Kao menyampaikan bahwa ASEAN sepenuhnya menerima teknologi digital sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi masa depan.

ASEAN telah mengidentifikasi kerja sama dalam teknologi yang muncul, termasuk AI, sebagai prioritas utama dalam negosiasi DEFA (Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN).

Negosiasi DEFA akan membuka jalan bagi kerangka kerja peraturan yang sejalan dengan inovasi teknologi terkini.

ASEAN, lanjutnya, mengakui bahwa transformasi digital sangat penting dalam meningkatkan daya saing dan kesiapan masa depan kawasan.

Dengan lebih dari 480 juta pengguna internet aktif, 80 persen di antaranya adalah konsumen digital, ekonomi digital ASEAN diproyeksikan akan mencapai 1 triliun dolar AS (Rp15,2 kuadriliun) pada 2030.

Kao turut mencatat pasar AI global saat ini bernilai 197 miliar dolar AS (Rp3 kuadriliun) dengan proyeksi menunjukkan mencapai 1,8 triliun dolar AS (Rp27,5 kuadriliun) pada 2030.

“Untuk mempertahankan momentum ini, kami berkomitmen untuk menyelesaikan Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN DEFA pada 2025 yang dapat membuka potensi hingga 2 triliun dolar AS (Rp30.5 kuadriliun) dalam nilai ekonomi digital pada 2030. AI, tidak diragukan lagi, akan memainkan peran penting dalam transformasi digital kami,” ujarnya.

Baca juga: ASEAN tekankan pentingnya literasi AI demi transformasi ekonomi global
Baca juga: ASEAN terima pendanaan 5 juta dolar AS dari Google untuk literasi AI
Baca juga: Wamenkominfo: Kolaborasi akan memampukan Indonesia jadi pusat AI ASEAN


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024