"Hal ini terlihat dari Indeks Kebahagiaan Indonesia yang mencapai sebesar 65,11 dari skala 0-100," kata Kepala BPS Suryamin dalam pemaparan di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, indeks kebahagiaan memiliki nilai dari 100 yang merefleksikan kondisi sangat bahagia hingga 0 yang menggambarkan sangat tidak bahagia.
"Saat ini orang Indonesia berada pada level 15 poin di atas titik pertengahan indeks, namun masih 35 poin untuk mencapai titik tertinggi," ujarnya.
Indeks Kebahagiaan Indonesia merupakan hasil Studi Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang diukur secara tertimbang dan mencakup indikator kepuasan individu terhadap sepuluh domain kehidupan yang menggambarkan tingkat kebahagiaan.
Kesepuluh indikator itu adalah pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikan, kesehatan, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, kondisi lingkungan, dan kondisi keamanan.
Menurut Suryamin, indeks kebahagiaan diperlukan sebagai bentuk konfirmasi masyarakat terhadap kinerja pembangunan yang telah terukur oleh berbagai indikator obyektif selama ini seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, literasi, dan kriminalitas.
Dari sampel sebesar 9.720 rumah tangga yang dipilih secara acak dan tersebar di seluruh provinsi, hasil SPTK memperlihatkan bahwa penduduk di perkotaan relatif tinggi indeks kebahagiaannya dibanding masyarakat di perdesaan.
Selain itu, semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga, semakin tinggi indeks kebahagiaan.
Hal itu terlihat dari indeks kebahagiaan bagi individu dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp7,2 juta per bulan yang mencapai 74,64.
Bandingkan pencapaian itu dengan individu yang tingkat pendapatannya Rp1,8 juta per bulan tercatat 61,8 atau individu dengan tingkat pendapatan pada kisaran sebesar Rp1,8 juta-Rp3 juta yang tercatat mencapai 67,07.
Kondisi yang hampir sama terlihat dari tingkat pendidikan, yang semakin tinggi maka indeks kebahagiaannya juga tinggi.
Penduduk dengan pendidikan tidak lulus SD, indeks kebahagiaannya di bawah 62. Sedangkan indeks kebahagiaan tertinggi adalah penduduk tamatan S2 dan S3 yaitu 75,53.
Kemudian, penduduk yang berumur 65 tahun ke atas cenderung lebih rendah indeks kebahagiaannya atau 63,94 dibandingkan kelompok umur di bawahnya atau kisaran 17-65 tahun yang rata-rata telah mencapai angka 65.
Suryamin menambahkan penduduk yang statusnya belum kawin dan kawin cenderung serupa indeks kebahagiaannya atau berada pada kisaran 65, namun mereka yang berstatus cerai lebih rendah indeks kebahagiaannya.
"Penduduk yang berstatus cerai hidup hanya bernilai 60,55, sementara yang cerai mati bernilai 63,49," katanya.
Terakhir, dengan makin banyaknya anggota rumah tangga dari satu sampai empat orang anggota, maka indeks kebahagiaannya cenderung semakin tinggi.
Namun, bila anggota rumah tangga mencapai lima orang atau lebih, maka indeks kebahagiaannya semakin rendah.
(S034/K007)
Pewarta: Satyagraha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014