Gwadar, Pakistan (ANTARA) - Ketika angin laut menyapu hutan yang rimbun tak jauh dari Pelabuhan Gwadar yang sibuk di Provinsi Balochistan, Pakistan, Muhammad Iqbal berseru dengan lantang menginstruksikan bawahannya untuk berhati-hati menyirami tanaman dan memastikan agar mereka tidak menginjak pohon-pohon muda yang rapuh.

Bagi pria berusia 57 tahun tersebut, yang telah bekerja di pelabuhan itu selama 16 tahun, hutan persahabatan bukan sekadar kumpulan tanaman hijau namun juga sebuah bentuk cinta yang bersifat personal.

Sebagai salah satu proyek utama Koridor Ekonomi China-Pakistan (China-Pakistan Economic Corridor/CPEC), Pelabuhan Gwadar dioperasikan oleh China Overseas Port Holding Company (COPHC) sejak 2013.

CPEC yang diluncurkan pada 2013 adalah proyek unggulan dari Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) usulan China. Proyek tersebut merupakan sebuah koridor yang menghubungkan Pelabuhan Gwadar di Provinsi Balochistan, Pakistan dengan Kashgar di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China.

Proyek ini menyoroti kerja sama energi, transportasi, dan industri pada tahap pertama, dan akan meluas ke sejumlah bidang lainnya, seperti pertanian dan mata pencarian, pada tahap selanjutnya.
 
Pemandangan hutan persahabatan Pakistan-China di Gwadar, Provinsi Balochistan, Pakistan (15/9/2024). (Xinhua/Ahmad Kamal)   


"Tempat ini dahulu tandus, hanya ada debu yang berhembusan sepanjang hari. Suatu hari, seorang manajer China dari COPHC mengatakan kepada saya bahwa mereka akan mengubah lahan ini menjadi hutan, dan begitulah awal mulanya," kata Iqbal.

Hutan itu pernah didatangi oleh para duta besar (dubes) China untuk Pakistan dan dubes asing dari sejumlah negara seperti Belanda, Belgia, Jerman, dan Uni Eropa untuk Pakistan untuk menanam pohon selama kunjungan mereka ke Gwadar. Setiap pohon yang ditanam menjadi simbol hubungan diplomatik yang berkembang antara Pakistan dan negara-negara ini.

"Kami telah memilih spesies pohon yang sesuai dengan iklim lokal yang berfungsi sebagai pemecah angin dan pengikat pasir untuk proyek penghijauan ini," ujar penanggung jawab atas penghijauan di COPHC Wang Ruilei.

Dia mengatakan setelah upaya bersama dari kedua belah pihak, lebih dari 4.000 pohon telah ditanam di hutan persahabatan di Gwadar.

Lahan yang dahulu kosong kini telah berkembang menjadi suaka yang rimbun. Bibit-bibit yang ditanam Iqbal pun kini tumbuh menjadi pohon-pohon yang kuat, melahirkan pemandangan yang indah dan udara yang segar bagi masyarakat Gwadar.

"Sesuai dengan pengamatan kami, suhu tanah maksimum dalam setahun dahulu mencapai 52 derajat Celsius, tetapi kini berada di kisaran 43 derajat Celsius. Saya bangga mengatakan bahwa saya dapat merasakan peningkatan kualitas iklim lokal yang dihasilkan oleh hutan ini," ujar Wang.

Hutan itu pernah didatangi para duta besar (dubes) China untuk Pakistan dan dubes asing dari sejumlah negara seperti Belanda, Belgia, Jerman, dan Uni Eropa untuk Pakistan untuk menanam pohon selama kunjungan mereka ke Gwadar. Setiap pohon yang ditanam menjadi simbol hubungan diplomatik yang berkembang antara Pakistan dan negara-negara ini.

Dalam percakapan dengan Xinhua, Allah Buksh, seorang rimbawan atau ahli kehutanan lain di hutan itu, mengatakan bahwa pohon-pohon dan semak belukar yang ditanam di hutan itu menyediakan banyak pakan untuk peternakan domba.

Bilal Javed, bawahan Iqbal yang bergabung dengannya setahun lalu, diberi tanggung jawab yang sangat penting untuk memelihara tanaman yang ditanam oleh para pejabat tersebut.

"Iqbal sangat cermat dalam merawat tanaman-tanaman ini. Tanaman-tanaman ini mewakili kenangan para tamu asing kami, dan kami harus memastikan tanaman-tanaman ini tumbuh subur, seperti halnya hubungan Pakistan dengan China dan negara-negara ini," kata Bilal.

Pria berusia 27 tahun ini mengatakan bahwa hutan tersebut juga memotivasi dirinya dan banyak anak muda Gwadar lainnya untuk mereplikasi upaya positif itu dan menanam pohon di rumah mereka.

"Sebelum ada hutan ini, daerah ini berdebu dan panas. Namun, dengan adanya penghijauan ini, udara terasa lebih bersih dan segar," kata Bilal.

Sebagai komponen utama dari Proyek Rencana Ketenagakerjaan Hijau Dubes China, hutan itu membantu mendukung penyerapan tenaga kerja lokal dan meningkatkan pendapatan petani di Gwadar.
 
   Seorang tukang kebun terlihat di hutan persahabatan Pakistan-China di Gwadar, Provinsi Balochistan, Pakistan, (15/9/2024). (Xinhua/Ahmad Kamal)


"Staf dari China juga mengajarkan teknik-teknik pertanian kepada petani lokal seperti setek, okulasi, penyiangan ilmiah, dan pemupukan untuk meningkatkan panen," katanya.

Transformasi lahan yang dahulu terpencil menjadi hutan yang tumbuh subur ini tidak hanya mempercantik area pelabuhan, tetapi juga memicu gerakan penghijauan. Iqbal berencana memperluas hutan semacam ini ke wilayah lain di kota itu.

"Para pekerja asal China ini tidak hanya menanam pohon dan menanggung biaya tangki air untuk mengairi tanaman, tetapi juga sering berkunjung untuk menjamin pemeliharaan hutan. Saya berharap mereka akan terus mengembangkan upaya baik ini," kata Iqbal.

Seiring dengan tumbuhnya setiap pohon di hutan persahabatan, hutan itu menjadi bukti nyata dari ikatan abadi antara Pakistan dan China sembari mendukung pengelolaan lingkungan di wilayah tersebut.

Oleh Misbah Saba Malik, Deng Kaiyin
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2024