Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan tes pemodelan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mendiagnosis penyakit dengan lebih tepat demi mewujudkan kedokteran presisi.

“Untuk kemajuan AI saat ini kita sudah melakukan tes di beberapa rumah sakit untuk melihat dulu modelnya tepat atau tidak, karena bisa saja bagus di luar, tetapi tidak bagus bagi kita, maka dites dulu untuk memastikan modelnya lebih tepat mendiagnosis penyakit-penyakit seperti kanker paru-paru, atau yang ada di otak, dari image (gambar) yang ada,” kata Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes Setiaji dalam temu media tentang penyampaian hasil survei Future Health Index untuk transformasi kesehatan di Jakarta, Selasa.

Ia menegaskan pemanfaatan AI akan dioptimalkan untuk layanan kesehatan non-klinis terlebih dahulu agar dampaknya bisa lebih banyak menjangkau masyarakat.

Baca juga: Dosen UGM sebut AI berpeluang bantu diagnosis penyakit lebih cepat

“Oleh karena itu, saya memandang baik sekali hasil survei Future Health Index ini untuk bisa meningkatkan dan masuk ke cetak biru kepemimpinan berikutnya, bagaimana kita fokus meningkatkan cara untuk mendiagnosis, menangani penyakit, dan lain sebagainya, karena AI itu sudah ada untuk yang non-klinis, misalnya hipertensi, nanti sebentar lagi juga akan masuk dalam Satu Sehat, jadi kita bisa lihat, ‘oh saya ini punya prediksi bakal kena hipertensi lho’, begitu,” ujarnya.

Selain untuk mendeteksi hipertensi, AI juga akan digunakan untuk mendeteksi penyakit-penyakit lainnya seperti diabetes, bahkan hingga mendeskripsikan hasil timbangan anak di pos pelayanan terpadu (posyandu).

“Begitu ibu kita timbang di posyandu, kemudian nanti akan muncul video yang mendeskripsikan hasil timbangan dan sebagainya. Sekarang kita juga lagi tes untuk misalnya data foto rontgen, foto otak itu bagaimana AI bisa mengenal,” ucapnya.

Baca juga: BRIN: Teknologi AI bisa mengenali dan mendiagnosis berbagai penyakit

Ia menyampaikan bahwa selain mempersiapkan model-model AI di beberapa rumah sakit, Kemenkes juga sedang mengoptimalkan AI untuk meningkatkan layanan antrean.

“Di sisi lain adalah bagaimana kita meningkatkan layanan, artinya antrean. Mungkin kita antre sekarang sudah bisa daring atau online, tetapi pada saat datang harus antre dan sebagainya, itu tantangan kita yang perlu kita antisipasi, termasuk saat ini kan ada banyak fasilitas kesehatan yang masih belum ada akses internet, sehingga saat ini kita sedang menggunakan salah satu teknologi satelit untuk daerah-daerah yang terpencil,” ujar dia.

Setiaji juga mengatakan, saat ini 60 persen fasilitas kesehatan di Indonesia telah terintegrasi dengan sistem Satu Sehat.

Baca juga: Tim Prasetiya Mulya kembangkan AI untuk deteksi penyakit

“Mulai dari rumah sakit, laboratorium hingga layanan primer sudah terintegrasi dengan sistem Satu Sehat, dan masyarakat bisa akses ke rekam medisnya melalui aplikasi Satu Sehat. Sekarang aplikasi Satu Sehat bisa diakses dengan login (masuk) sendiri dengan Identitas Kependudukan Digital (IKD), dan kita sudah kerja sama dengan Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, nanti sebentar lagi juga bisa diakses dengan digital ID,” ucapnya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024