Ankara (ANTARA) - Sedikitnya 16 korban, termasuk anak-anak, tewas akibat dua serangan udara yang dilancarkan tentara Israel di Lebanon selatan.

Menurut laporan Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA), satu keluarga yang terdiri dari 10 orang tewas karena serangan udara yang mengenai rumah mereka di kota selatan Al-Dawoudia.

Sebuah sumber medis mengatakan kepada Anadolu bahwa serangan udara lain di kamp pengungsi Ein el-Hilweh, yang terletak di selatan Sidon, menewaskan enam korban, termasuk tiga anak-anak, dan melukai beberapa lainnya.

Didirikan pada 1948, Ein el-Hilweh adalah kamp pengungsi Palestina terbesar di Lebanon yang menampung 50.000 pengungsi, menurut daftar PBB, meskipun statistik tidak resmi menyebut populasi di kamp tersebut mencapai 70.000 orang.

Tentara Israel pada Selasa pagi menyerang beberapa kota di Lebanon selatan setelah Tel Aviv mengumumkan operasi darat terbatas di negara tetangganya itu.

Pada Senin (30/9) malam, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon selama 24 jam terakhir telah mencapai 95 orang, dengan 172 orang terluka.

Baca juga: Serangan udara Israel di Lebanon paksa ribuan orang mengungsi

Sejak 23 September, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang menargetkan kelompok Hizbullah di Lebanon.

Serangan Israel menewaskan lebih dari 1.057 korban dan melukai lebih dari 2.950 orang lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Beberapa pemimpin Hizbullah tewas dalam serangan itu, termasuk sekretaris jenderal Hassan Nasrallah.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 orang, menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina, Hamas, Oktober tahun lalu.

Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Israel melancarkan operasi darat di Lebanon selatan

Penerjemah: Yashinta Difa
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024