Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Presiden Hamid Karzai, Dewan Keamanan Nasional "mengutuk" peningkatan jumlah "serangan roket (oleh) tentara Pakistan terhadap negaranya", kata satu pernyataan dari istana presiden.
Dikatakan serangan itu "bertujuan untuk mengganggu putaran kedua pemilihan presiden" , yang dijadwalkan akan digelar pada 14 Juni.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Mohammad Zahir Azimi, mengatakan "helikopter-helikopter Pakistan" telah menyeberangi perbatasan dan terbang di atas bagian timur Provinsi Kunar.
Para pemimpin lokal mengklaim bahwa roket-roket ditembakkan dari wilayah Pakistan telah meninggalkan enam orang tewas, dan sekitar 40 cedera dalam beberapa hari terakhir.
Tidak ada verifikasi independen atas klaim itu.
Dewan Keamanan Nasional mengatakan hal itu bisa "meningkatkan kekhawatiran serius" dengan Pakistan melalui kementerian luar negeri, menurut pernyataan tersebut.
Sebagai protes, para pejabat keamanan Afghanistan tidak akan berpartisipasi dalam KTT keamanan kawasan karena berlangsung di Islamabad pada 4 Juni.
Dewan juga membawa masalah dengan kurangnya reaksi dari Amerika
Serikat, menggambarkan keheningan sebagai "pelanggaran perjanjian strategis jangka panjang yang ditandatangani antara kedua negara".
Pakistan telah lama dituduh campur tangan di Afghanistan, berusaha untuk memanipulasi peristiwa di negara tetangga yang bergolak itu sebagai bagian dari upaya untuk memperluas pengaruhnya dalam kompetisi yang lebih luas dengan saingan lamanya, India.
Pada 1990-an, Islamabad membantu memelihara peningkatan kekuatan Taliban di Afghanistan dan adalah satu-satunya negara yang mengakui rezim, yang memerintah 1996-2001 itu.
(Uu.H-AK)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014