Denpasar (ANTARA) - Dunia melalui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengapresiasi upaya transformasi pendidikan di Indonesia dalam gelaran Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024.
Kegiatan ini mempertemukan Indonesia dengan 56 peserta dari 20 negara dan sembilan organisasi internasional, dengan mengusung tema "Lebih dari Intervensi Teknologi: Menavigasi Transformasi Pendidikan Indonesia".
"Saya sangat senang bahwa Indonesia dapat berbagi pengalaman mendalamnya dalam mendukung dan meningkatkan pendidikan publik melalui teknologi," kata Direktur Kantor Regional UNESCO di Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa dalam gelaran GSVI 2024 di Denpasar, Selasa.
Baca juga: RI siap berbagi praktik baik transformasi pendidikan lewat GSVI 2024
Maki mengatakan transformasi pendidikan berbasis teknologi penting untuk dilakukan di berbagai negara, dimana saat ini perubahan datang dengan cepat, termasuk diantaranya risiko dan tantangan dalam penggunaan berbagai teknologi.
"Saya yakin banyak orang di ruangan ini telah bekerja untuk menavigasi pendidikan melalui era PC, kemudian laptop, ponsel, dan aplikasi, dan sekarang, tentu saja kecerdasan buatan (AI). Rasanya seperti kita selalu mengejar ketertinggalan," ujarnya.
Oleh sebab itu, sesuai dengan tema kegiatan, Maki menekankan peran navigasi transformasi pendidikan, yang berarti memberikan orientasi yang kuat dan prinsip-prinsip untuk memandu upaya dalam memaksimalkan manfaat pendidikan dari teknologi baru, sambil tetap peka terhadap kelemahannya dan selalu berusaha memastikan keselamatan serta kesejahteraan siswa dan guru.
Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Gateways dan Kepala Pusat Inovasi Pembelajaran Global UNICEF, Frank van Cappelle mengatakan Indonesia merupakan salah satu pionir dalam melakukan berbagai upaya navigasi transformasi pendidikan yang dicanangkan oleh dunia lewat program Gateways.
Ia juga menyoroti adanya perkembangan positif dari transformasi pendidikan Indonesia selama beberapa tahun terakhir yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim.
"Jadi, Menteri (Nadiem) Makarim merupakan bagian dari Transforming Education Summit, dua tahun yang lalu. Saya melihat bagaimana visi misi untuk transformasi di Indonesia. Visi ini telah berubah menjadi sebuah realitas seperti yang akan kita lihat dalam beberapa hari yang akan datang," ujarnya.
Menurut Frank, transformasi digital berhasil diejawantahkan oleh Nadiem, seperti membuat keputusan berdasarkan data, membangun kapasitas di dalam pemerintahan, mengembangkan penggunaan aplikasi atau alat digital bagi guru dan pelajar.
Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PDM) Kemendikbudristek, Iwan Syahril mengatakan Indonesia menerapkan strategi "gotong royong" dalam mengaplikasikan upaya transformasi pendidikan.
Baca juga: Anugerah Merdeka Belajar apresiasi pemda yang wujudkan sekolah bermutu
Baca juga: Kemendikbudristek: Transformasi pendidikan untuk capai Indonesia Emas
"Semangat gotong royong telah berfungsi sebagai prinsip dalam usaha kami untuk mengembangkan sistem pendidikan. Gotong royong memotivasi semua elemen bekerja bersama, untuk mencapai objektivitas manifestasi prinsip nasional kami, Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.
Iwan menekankan teknologi merupakan elemen yang integral dan tidak terpisah dalam strategi Indonesia untuk mengembangkan sistem pendidikan, salah satunya diwujudkan melalui Program Merdeka Belajar yang kini mengantarkan Indonesia menjadi negara dengan ekosistem pendidikan terbesar keempat di tingkat dunia, mencakup lebih dari 60 juta murid, serta lebih dari empat juta pendidik yang tersebar di lebih dari 400 ribu sekolah.
"Merdeka Belajar dengan Merdeka, yang artinya kebebasan. Tapi, yang kita benar-benar ingin lakukan adalah emansipasi, yang dilakukan agar pendidikan yang kita jalankan bisa melayani para pelajar dan untuk mencapai potensi terbaik mereka," tutur Iwan Syahril.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024