Para generasi muda yang menyetorkan uangnya sebagai mahar untuk naik haji bisa memiliki karier dan rezeki yang lebih baik
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah mengajak para generasi muda, utamanya calon mempelai pria untuk mulai menabung sejak dini agar bisa memberi mahar atau mas kawin kepada pasangannya berupa setoran awal haji.

“Ada satu hal yang menurut saya cukup fenomenal kalau kita lihat saat ini, dimana generasi muda yang sudah lulus kuliah itu sebagian besar pikirannya menikah selagi muda. Nah, orang-orang menikah itu biasanya kan mahar dengan seperangkat alat sholat, sekarang diubah maharnya jadi setoran awal haji. Bisa dibayangkan kalau pasangan Indonesia sejak umur 25 tahun sudah berpikir untuk setor haji, berarti pola pikir mereka itu secara fisik dan rohani kan sudah bagus,” katanya di Antara Heritage Center, Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan saat ini setoran awal minimal yang diperlukan untuk berangkat haji yakni Rp25 juta.

Menurutnya, para generasi muda yang menyetorkan uangnya sebagai mahar untuk naik haji bisa memiliki karier dan rezeki yang lebih baik.

“Jadi kalau karier dan rezekinya baik, maka akhlaknya juga baik. Jadi yang namanya tahun emas 2045 itu tercetus karena ayo haji muda, jadikan setoran awal haji menjadi mahar bagi perkawinan, mak bisa dibayangkan tahun 2045 bangsa ini akan sebegitu baiknya,” ujar dia.

Baca juga: Kemenkumham: Undang-Undang pengelolaan keuangan haji perlu direvisi

Ia menjelaskan ada waktu tunggu yang lama untuk naik haji, rata-rata sekitar 20-30 tahun, karena terdapat sedikitnya 5,3 juta antrean yang menunggu untuk berangkat haji.

“Sementara kuota kita itu sekarang mungkin sekitar 200 ribuan, jadi kalau dihitung dari 5,3 juta dibagi dengan 200 ribu itu, sekitar 26-27 tahun menunggu, rata-ratanya sekitar 25-30 tahun menunggu. Jadi bisa dibayangkan, kalau selama ini orang naik haji itu pada saat mau pensiun, umur 55 atau 56 tambah 25 tahun aja itu 80 tahun baru berangkat haji,” tuturnya.

Sementara, Fadlul mengingatkan bahwa berangkat haji memerlukan fisik yang kuat karena harus banyak berjalan dengan jarak yang cukup jauh.

“Dia harus jalan dari Mina ke Arafah, kemudian harus berada di tenda Mina sekian lama, wukuf di Arafah segala macam, itu kan kegiatan fisik. Hampir semuanya itu haji itu kegiatan fisik, oleh karena itu, kita mengimbau anak-anak muda, khususnya yang baru lulus kuliah di usia 25 tahun misalnya, untuk setor awal haji, sehingga di usia 50-60 tahun sudah bisa berangkat haji. Insyaallah orang-orang umur segitu fisiknya masih kuat untuk keliling, jalan jauh, dan sebagainya,” paparnya.

Ia juga menegaskan generasi muda tak perlu melihat nominal uang yang harus disetor setiap bulannya untuk menabung, tetapi lebih luas dari itu, yang terpenting adalah niat untuk menyetor awal haji sehingga akan terbuka jalan rezeki yang lebih besar.

“Jangan melihat itu (nominalnya), karena banyak kejadian, sekali kita meniatkan, misalnya setor anggaplah per bulan Rp1 juta, kan berarti 24 bulan bisa setoran awal, tetapi untuk menuju ke situ, sebenarnya yang lebih hebat adalah dalam perjalanan itu, ada kekuatan Tuhan entah dari mana rezekinya siapa tahu sudah bisa diberangkatkan haji lebih awal lagi,” katanya.

Ia menekankan kampanye “Ayo Haji Muda” terus digencarkan oleh BPKH dengan tujuan agar ketika para jamaah haji itu berangkat, mereka bisa langsung melakukan haji tanpa mengalami kekhawatiran fisik.

Baca juga: BPKH: Nilai Manfaat jamaah haji tunggu naik jadi Rp4,4 triliun di 2025
Baca juga: Ketua Pansus Haji: BPKH tak salah dalam kisruh kuota haji tambahan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024