Di hadapan sekitar 57 pemimpin muda perkotaan dari seluruh dunia disamping para pemimpin pemerintahan, organisasi internasional, korporasi, LSM dan akademisi, dia membuka mata hadirin pada kenyataan tentang keberhasilan Singapura menjadi negara-kota seperti sekarang ini.
Dalam pidatonya yang diterima Antara, dia mengatakan laju urbanisasi di Singapura membawa tantangan dan kesempatan akan tetapi semua bergantung pada cara menanganinya.
Begitu juga dengan keterbatasan tanah yang musti diimbangi dengan perencanaan untuk mengoptimalkan penggunaannya. Bahkan perencanaan perkotaan bukan hanya ditekankan pada infrastruktur namun juga dalam komunitas masyarakatnya agar lebih bersemangat, civic-minded, katanya.
Dia yakin Singapura telah mampu melakukan transformasi itu selama 50 tahun sejak kemerdekaan, tentunya kerja sama menciptakan kota yang layak untuk ditinggali dan berkesinambungan tidak bisa dikerjakan sendirian melainkan membutuhkan partisipasi aktif dan konstruktif dari semua.
Dengan melihat latar belakang Singapura, dia mengharapkan simposium WCSYL bertema “Menanamkan Perubahan di Kotaku” dapat menjadi ajang pertemuan para pemimpin perkotaan muda untuk mempercepat perubahan dan mendorong inovasi dalam upaya menjadikan kota-kota lebih layak untuk ditinggali.
Dalam akhir pidatonya dia menggarisbawahi bahwa pengalaman dan pengetahuan para pemimpin muda sangat berharga untuk digunakan bersama.
"Apa yang ditanam sekarang esok hasilnya dapat dipetik," katanya. (*)
Pewarta: B. Kunto Wibisono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014