Hong Kong (ANTARA) - Di tengah hiruk pikuk Hong Kong, Leung Chi Sum (57) menemukan panggilan jiwanya, yakni berlari sambil membawa bendera nasional China.
Saat Leung berlari di sepanjang garis pantai di Hong Kong, bendera berwarna merah dengan gambar lima bintang berkibar di belakangnya, terkena embusan angin musim gugur yang hangat dan selaras dengan detak jantungnya di balik baju berwarna merah cerah yang dikenakannya.
Selama empat tahun terakhir, total jarak yang telah ditempuh Leung begitu mengesankan, yakni 1.012 kilometer. Jarak tersebut bukan hanya sekadar prestasi fisik, melainkan juga pembuktian yang tulus atas rasa cintanya terhadap negara.
"Seseorang harus rendah hati dalam kehidupan, tetapi habis-habisan ketika menyangkut rasa cinta terhadap tanah air," katanya.
Perjalanan Leung dimulai pada 2020 saat Hari Nasional China, ketika Hong Kong berada dalam masa yang sangat menantang. Bersama beberapa temannya, Leung berlari sejauh sekitar 10 kilometer untuk merayakan hari ulang tahun negaranya seraya membangkitkan semangat warga Hong Kong.
Terinspirasi oleh teman-temannya di China Daratan, saat itu Leung memutuskan untuk berlari sambil membawa bendera nasional berukuran kecil. Saat mereka melambaikan bendera di sepanjang jalan, sorak-sorai dari kerumunan warga membuat mereka semakin bersemangat dan setiap langkah pun terasa semakin ringan. Semangat patriotisme dan persatuan yang sama-sama mereka rasakan menyentuh hati Leung. "Rasanya seperti kami semua merayakan bersama, seperti sebuah keluarga," kenangnya.
Setelah mencapai tujuan, Leung mendapat inspirasi baru. "Bagaimana dengan berlari sejauh 71 kilometer untuk memperingati hari ulang tahun negara ini yang ke-71?" pikirnya. Leung pun menjalankan misinya tersebut seorang diri, menaiki kapal feri menyeberangi Pelabuhan Victoria untuk melanjutkan larinya di wilayah seberang.
Sejak saat itu, Leung sudah berlari sambil membawa bendera nasional China sebanyak 23 kali, melewati banyak komunitas yang beragam di Hong Kong. Terkadang, Leung berlari melewati sejumlah tempat wisata yang ramai di sepanjang Pelabuhan Victoria, sementara pada kesempatan lain, Leung berlari di tengah hiruk pikuk Yau Ma Tei di Kowloon.
Aktivitas yang dimulai dengan sekelompok kecil pelari itu berkembang menjadi sebuah acara komunitas. Perjalanan Leung membawanya menjadi penyelenggara serangkaian acara "lari sambil membawa bendera", di mana dia dan pelari lainnya memperingati perayaan-perayaan penting. Mereka kerap berkumpul dalam kelompok-kelompok berisi 20 hingga 30 orang, dari segala usia, yang disatukan oleh tujuan bersama, yakni berlari untuk memberikan inspirasi bagi banyak orang.
Dalam sebuah pertemuan yang sangat berkesan pada 1 Juli tahun ini, pada peringatan 27 tahun kembalinya Hong Kong ke pangkuan China, Leung melihat seorang pelari membawa bendera nasional dan bendera regional. Dalam percakapan mereka, Leung mengetahui bahwa pelari itu merupakan penduduk Shenzhen yang secara khusus datang ke Hong Kong untuk merayakan peringatan tersebut dengan berlari.
Semangat patriotisme dan persatuan yang sama-sama mereka rasakan menyentuh hati Leung. "Rasanya seperti kami semua merayakan bersama, seperti sebuah keluarga," kenangnya.
Minat Leung untuk berlari berpadu dengan kecintaannya untuk menjelajah. Leung sudah menjelajahi sebagian besar China Daratan, menemukan pemandangan yang menakjubkan sambil menjalin persahabatan di sepanjang perjalanannya. Mulai dari lampion-lampion indah yang menerangi Foshan di Guangdong hingga jalan setapak pegunungan yang tenang di Guangxi, setiap perjalanan tidak hanya mengungkap keindahan China, tetapi juga kehangatan para penduduknya.
"Berlari memungkinkan saya untuk melihat lebih banyak tempat di tanah air dan mendapatkan lebih banyak teman," tutur Leung.
Seraya melanjutkan perjalanannya, Leung tetap berkomitmen pada misinya. "Saya akan terus melakukan aktivitas 'lari sambil membawa bendera' sampai saya tidak bisa berlari lagi," katanya. Bagi Leung, lari bukan hanya tentang jarak, melainkan juga sebuah bentuk perayaan identitas, komunitas, dan rasa cinta terhadap negara yang dia anggap sebagai rumah.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024