Istanbul (ANTARA) - Rwanda merilis laporan pertama angka kematian akibat wabah virus Marburg setelah delapan orang meninggal akibat virus tersebut.

Menurut kementerian kesehatan setempat di platform X pada Minggu (29/9) malam, 26 kasus Marburg telah dilaporkan hingga hari itu.

Menteri Kesehatan Sabin Nsanzimana meminta masyarakat di negara Afrika Timur tersebut untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari karena tidak ada larangan dalam upaya pencegahan virus Marburg.

"Masyarakat tidak perlu panik karena kami telah mengidentifikasi semua titik penyebaran penyakit dan sedang mengambil tindakan yang tepat,” kata Nsanzimana di X.

Marburg adalah demam berdarah akibat virus sangat menular yang masih satu keluarga dengan Ebola yang lebih dulu dikenal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Virus Marburg ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar antarmanusia lewat kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi.

Virus tersebut juga menular melalui kontak langsung dengan benda-benda yang sering dipakai banyak orang, seperti meja, lantai, fasilitas publik, ruang pertemuan, atau benda lain yang terkontaminasi.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Kenali virus Marburg yang bisa bertahan pada tubuh penyintas
Baca juga: Masyarakat sebaiknya tak kunjungi negara terjangkit virus Marburg

Penerjemah: Primayanti
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024