Jakarta (ANTARA) - Deteksi dini penyakit kognitif demensia perlu dilakukan karena bisa berdampak terhadap kualitas hidup pasien demensia maupun keluarganya.

"Pentingnya deteksi dini...menjaga kualitas hidup orang dengan demensia, keluarga dan caregiver (perawat)-nya," kata dokter spesialis saraf Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono, dr. Asnelia Devicaesaria, Sp.N Subsp. NGD(K), saat diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Senin.

Deteksi dini demensia, terutama demensia Alzheimer, perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit. Setelah itu, dokter akan melihat apakah gejala demensia dapat diperbaiki atau tidak serta menentukan pengobatan yang tepat.

Pada demensia Alzheimer, yang tidak bisa disembuhkan, deteksi dini berfungsi memperlambat progresivitas penyakit, yang bertambah seiring pertambahan usia.

Baca juga: Konsumsi daging olahan bisa tingkatkan risiko demensia

Baca juga: Dokter: Waspada sering lupa pada lansia bisa jadi pertanda demensia


Asnelia menambahkan hal yang tidak kalah penting dari deteksi dini demensia adalah edukasi kepada keluarga pasien. Sebab, orang dengan demensia tidak hanya membutuhkan pengobatan medis, namun, juga dukungan keluarga.

"Terapi bukan dengan dokter saja, tapi, justru perlu dukungan yang optimal dari keluarga," kata Asnelia.

Orang dengan demensia yang terdeteksi dini bisa mendapatkan bantuan untuk mempertahankan kemandirian serta mengatasi masalah sosial yang mungkin timbul akibat perubahan perilaku.

Demensia terjadi akibat perubahan struktur pada otak yang bisa mengakibatkan perubahan tingkah laku yang bisa mengganggu kegiatan sehari-hari. Penyakit kognitif itu, selain bersifat genetik, bisa disebabkan oleh diabetes, hipertensi yang tidak terkontrol, rokok, konsumsi alkohol berlebihan dan cedera kepala.

Demensia, yang lazim ditemukan pada usia 65 tahun ke atas, juga bisa disebabkan oleh kekurangan aktivitas fisik setelah tidak produktif bekerja dan jarang bersosialisasi.

Untuk mencegah demensia, Asnelia menyarankan lansia bisa melakukan kegiatan terjadwal atau membuat rencana kegiatan harian atau bahkan mingguan. Kegiatan yang terjadwal bisa membantu lansia untuk memelihara orientasi tentang tempat, waktu dan orang.

Lansia juga disarankan untuk melakukan kegiatan yang disukai, misalnya mengikuti kegiatan keagamaan, olahraga, membaca buku sampai berinteraksi dengan orang serumah, teman dan keluarga besar, apakah dengan bertemu langsung atau melalui panggilan telepon/video.

Baca juga: Dokter: Gaya hidup tak sehat tingkatkan risiko demensia

Baca juga: Diet dengan minyak zaitun kurangi risiko kematian akibat demensia

Baca juga: Dokter THT: Gangguan pendengaran dapat percepat demensia pada lansia

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024