Jakarta (ANTARA) - PT Reformasi Generasi Indonesia (REFO) menggelar Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) 2024 dengan tujuan menciptakan masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas melalui pemanfaatan teknologi, terutama Artificial Intelligence (AI).
"Di Indonesia ini belum banyak konten yang secara mendalam mengulas tentang AI dalam pendidikan. Bagaimana kebijakan dan regulasinya, bagaimana kita memilih AI yang tepat. Itu belum banyak dibahas. Padahal, manfaat AI tidak hanya sekadar sebagai ‘asisten pribadi’, tetapi AI juga bisa membantu kita untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sulit dan complicated dalam educational setting,” ungkap Pendiri dan Direktur Pelaksana REFO Pepita Gunawan, dalam keterangan pers yang diterima, Senin.
Artificial Intelligence (AI) terus berkembang dengan pesat dan mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Kehadirannya membawa peluang dan risiko. Institusi pendidikan harus pintar-pintar memilih, memetakan, dan mengintegrasikan berbagai macam alat bertenaga AI ini, agar dapat menyempurnakan proses pembelajaran.
Baca juga: Kemendikbud akselerasi AI tingkatkan akses pendidikan tinggi
Baca juga: China luncurkan kampanye AI untuk tingkatkan pendidikan
Pepita menambahkan AI bisa membantu untuk mempersonalisasi pembelajaran, sehingga bisa menaikkan student engagement. Dan bahkan, AI juga bisa membantu dalam menjaga mental well-being murid-murid, dan memberikan dukungan yang dibutuhkan para pendidik.
Dengan berkembangnya AI dan alat digital lainnya, peserta didik di Indonesia dapat memiliki akses yang lebih luas ke materi belajar yang personal dan disesuaikan dengan kebutuhan.
REFO juga mendorong adopsi teknologi AI dalam sistem pendidikan Indonesia, dan mempersiapkan generasi masa depan yang siap menghadapi tantangan global.
Pepita menyatakan bahwa IFLS merupakan langkah nyata untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam pendidikan di Indonesia.
"Kami percaya bahwa AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita, dan acara ini adalah kesempatan untuk mengembangkan strategi serta kemitraan baru yang akan mendorong perubahan positif,” terang Pepita lagi.
IFLS 2024 mendatangkan pembicara kunci yang merupakan pakar AI, seperti Dr. Égo Obi dari Britania Raya, mantan eksekutif Google dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang etika AI dan pendidikan.
Dalam sesinya, Égo berbagi wawasan dalam menavigasi kompleksitas etika AI dalam pendidikan serta langkah-langkah praktis integrasi AI dalam pendidikan.
IFLS 2024 menghadirkan tiga pembicara kunci lain yang juga merupakan pakar dalam bidang teknologi pendidikan, terutama AI seperti Noudhy Valdryno yang juga merupakan co-founder ACE Edventure Indonesia, Jeff Lee dari Singapura, CEO dan Pendiri Zoala, sebuah platform AI untuk kesehatan mental remaja, dan Miklos Sunario, CEO dan co-founder EduBeyond, sebuah startup AI berbasis di Kanada, yang menggunakan model MRAFE untuk mempersonalisasi pembelajaran dan mengatasi kesenjangan pendidikan.
Kurang-lebih 300 peserta juga aktif mengikuti setiap sesi dengan mengajukan banyak pertanyaan kepada semua pembicara.
Baca juga: Kemendikbudristek kaji penggunaan AI di satuan pendidikan
Baca juga: Wamenkominfo dorong pengembangan etika AI dunia pendidikan
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024