Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Jakarta (BEJ) membuka kembali perdagangan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) di pasar reguler dan pasar tunai mulai sesi pertama perdagangan Rabu, 4 Oktober 2006, kata Kepala Divisi Perdagangan BEJ, Supandi di Jakarta, Rabu. BEJ melakukan suspensi atas perdagangan saham BBNI dalam rangka "cooling down" selama 2 sesi mulai sesi I perdagangan 29 September 2006, sehubungan dengan kenaikan harga kumulatif yang signifikan sebesar Rp1.035 atau 77,24 persen dari Rp1.340 pada penutupan 11 September 2006 menjadi Rp2.375 pada penutupan 28 September 2006. Menurut, Supandi, suspensi dilakukan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar mempertimbangkan kembali secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya pada saham BBNI. Namun kemudian BEJ memutuskan untuk memperpanjang penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham BBNI di pasar reguler dan tunai sampai dengan adanya pengumuman lebih lanjut. Sekretaris Perusahaan Bank BNI, Intan Abdams Kaloppo, dalam penjelasannya kepada BEJ, akhir pekan lalu, menyatakan BNI tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal, dan tidak mengetahui adanya aktivitas pemegang saham tertentu. "Belum ada rencana Bank BNI melakukan tindakan korporasi dalam waktu tiga bulan ke depan seperti menjual atau mengalihkan satu unit atau aset perusahaan yang nilainya cukup material kepada pihak lain, atau kehilangan kontrak yang nilainya cukup material," jelasnya. Menyusul terjadinya lonjakan harga saham BBNI tersebut yang berujung pada disuspennya saham bank BUMN tersebut, BEJ melakukan pemeriksaan kepada para broker yang melakukan transaksi saham BBNI. "BEJ saat ini masih melakukan pemeriksaaan broker terkait dengan transaksinya atas saham BNI," kata Dirut BEJ, Erry Firmansyah, baru-baru ini. Namun Erry belum bersedia menyebutkan nama-nama broker tersebut. Menurutnya, proses pemeriksaan ini menjadi alasan bagi BEJ untuk memperpanjang suspensi perdagangan saham BNI hingga pengumuman lebih lanjut. Tetapi, sebagian besar investor di pasar menilai kenaikan harga saham BBNI ini dipicu oleh spekulasi pasar terhadap adanya rencana pemerintah yang akan mendivestasi sahamnya di BNI. Saat ini pemerintah memiliki 99,11 persen saham di BNI. (*)
Copyright © ANTARA 2006