Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan menggelar Simposium Antar-Budaya dan Antar-Agama dalam kerangka masyarakat Asia-Pasifik (APEC), di Yogyakarta pada 5-6 Oktober 2006. "Acara tersebut bermaksud membantu pemerintah anggota APEC dalam upaya mereka memperkuat rasa saling percaya dan keyakinan diri di kawasan Asia-Pasifik," kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Departemen Luar Negeri, Primo Alui Joelianto, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, simposium itu akan memberikan peluang kepada APEC untuk berkarya menuju visi "stabilitas, keamanan dan kesejahteraan bagi rakyat kita" sebagaimana dinyatakan pemimpin APEC dalam temu puncak APEC di Blake Island, 1993. "Hasil dari simposium itu berupa rekomendasi, yang akan dibawa ke pertemuan tingkat menteri dan tingkat tertinggi di Hanoi," katanya. Oleh karena itu, katanya, tema diskusi simposium itu akan dipusatkan pada tema "membangun rasa saling percaya, saling pengertian, saling menghormati menuju pencapaian stabilitas dan kemakmuran di kawasan APEC". Primo menyebutkan bahwa dua tokoh Islam Indonesia akan menjadi panelis, yaitu Syafi`i Maarif dan Din Syamsuddin bersama dengan pembicara dari Cina, Selandia Baru, Meksiko, Rusia, Filipina, dan Amerika Serikat. Untuk menunjukkan keragaman budaya dan agama di Indonesia, yang mampu hidup berdampingan, Primo mengatakan bahwa di sela-sela simposium itu akan diadakan kunjungan ke candi Borobudur (Budha), Prambanan (Hindu), pondok pesantren Krapyak (Islam) dan gereja Ganjuran (Nasrani). Dalam jangka panjang, katanya, dialog tersebut diharapkan dapat menjembatani perbedaan cara pandang budaya, sehingga tercipta "budaya damai", yang dilandaskan atas pemahaman dan tenggangrasa. "Dan dapat menjadi wahana dialog antara budaya dan agama, khususnya mengenai tantangan di kawasan, yang ditimbulkan akibat salah paham budaya dan agama, yang dapat menghambat laju perdagangan dan investasi," katanya. Misalnya, kasus Poso, yang pemberitaan sengketanya sangat heboh, sehingga seakan-akan keseluruhan Indonesia bermasalah dan membuat orang takut berinvestasi, kata dia. Simposium itu melibatkan kalangan budayawan, agamawan, akademisi dan pebisnis di Asia-Pasifik dan akan dibuka oleh Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda. Saat ditanya mengenai rencana kunjungan Presiden Amerika Serikat George W Bush ke Indonesia seusai sidang APEC di Hanoi, November 2006, Jurubicara Departemen Luar Negeri Desra Percaya mengatakan bahwa semua masih dalam taraf pembicaraan. "Sejauh ini, belum ada kepastian mengenai kunjungan itu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006