Jakarta (ANTARA News) - Tergelincirnya pesawat Mandala Airlines PK-RIE dengan nomor penerbangan RI 394 setelah mendarat di Bandara Tarakan, Kalimantan Timur sekitar pukul 11.30 Wita, diduga karena salah prosedur. "Sudah tahu ada kabut asap di Kalimantan, kok malah tetap terbang. Ini tampaknya ada prosedur yang salah dari proses perijinan untuk mendarat di Bandara setempat," kata Wakil Ketua Komisi VI DPR, Putra Djaya Husin di sela Buka Bersama jajaran ICMI dengan Menhub Hatta Rajasa di Jakarta, Selasa malam. Menurut Putra, mestinya pengatur lalu lintas udara di Bandara setempat (air traffic control/ATC) menerapkan prosedur baku, misalnya jika jarak pandang sudah tidak layak untuk pendaratan seharusnya dilarang mendarat. "Jika sudah ditolak mendarat dan diminta mendarat di Bandara terdekat lainnya oleh ATC maka resiko sudah di tangan pilot," kata politisi Partai Amanat Nasional ini. Oleh karena itu, tegasnya, regulator harus tegas mengawasi koridor soal ijin pendaratan dan tinggal landas (take off) oleh ATC. "Mestinya yang dikedepankan adalah protap (prosedur tetap) dan tidak ada toleransi kepada siapa pun," kata Putra. Hal ini perlu ditekankan kembalikarena isu keselamatan penerbangan sudah sering kalah dengan kepentingan ekonomi. "Yang sering terjadi pilot kalah ketika manajemen maskapai menekannya untuk tidak meenunda dan mengalihkan pendaratan ke Bandara terdekat yang lebih aman," kata Putra. Jika prosedur tetap diambil maka manajemen maskapai itu akan selalu menanggung beban ekonomi tambahan seperti biaya akomodasi dan konsumsi untuk para penumpang yang tertunda tersebut. Kepala Biro Hukum dan Humas PT Mandala Airlines, Alex Widjojo sebelumnya juga menduga, meski soal penyebab kecelakaan itu masih diselidiki oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), faktor jarak pandang akibat kabut asap sangat dominan. "Memang ada laporan dari awak jarak pandang hanya 500 feet, tetapi apakah ini penyebabnya, kami juga belum tahu karena itu kewenangan KNKT," kata Alex. Alex memastikan bahwa seluruh penumpang yang berjumlah 104 orang dan enam kru pesawat B 737-200 itu selamat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006