Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, dukungan Muhammadiyah terhadap program pemerintah sangat penting.
Jakarta (ANTARA) - Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkomitmen untuk mendukung terciptanya keberlanjutan lingkungan melalui program transisi energi bersih yang berkeadilan dengan meluncurkan buku bertajuk “Fikih Transisi Energi Berkeadilan”.
Sekretaris Direktorat Jenderal (Dirjen) Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sahid Junaedi pun mengapresiasi dukungan organisasi masyarakat Islam tersebut terhadap upaya transisi energi yang dilakukan oleh pemerintah.
“Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, dukungan Muhammadiyah terhadap program pemerintah sangat penting,” ujar Sahid Junaedi dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dengan perilisan buku tersebut, pihaknya optimis umat Islam dapat mendukung transisi energi secara lebih masif, sehingga target net zero emission bisa tercapai pada 2060.
Ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang sangat besar mencapai 3.600 megawatt (MW).
Namun, pemanfaatannya kini baru sekitar 13.000 MW, atau hanya 0,3 persen dari total potensi EBT yang ada.
Demi mempercepat upaya transisi tersebut, Sahid mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru Terbarukan yang diharapkan dapat menjadi landasan untuk menyamakan pandang terkait transisi energi serta menjadi payung hukum kebijakan pengembangan EBT di Indonesia.
Ketua MLH PP Muhammadiyah M Azrul Tanjung berharap bahwa buku tersebut dapat menjadi pemicu untuk melakukan terobosan dalam pengembangan energi terbarukan yang berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“Harapannya, buku ini dapat membuka hati kita berpikir bahwa keselamatan anak cucu kita ke depan adalah tugas kita hari ini” ujarnya.
Salah satu penulis buku tersebut yang juga anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Niki Alma Febriana Fauzi menyatakan bahwa keadilan menjadi salah satu pesan kunci dari buku tersebut, karena transisi energi bukan sekadar peralihan pemanfaatan dari satu energi ke yang lain.
“Selama ini banyak upaya transisi energi masih jauh dari aspek berkeadilan, misalnya bagaimana masyarakat sekitar justru tidak mendapatkan akses energi itu sendiri,” katanya pula.
Buku “Fikih Transisi Energi Berkeadilan” merupakan rangkaian dari buku fikih bertemakan lingkungan yang sebelumnya telah dirilis oleh Muhammadiyah, yakni “Fikih Air”, “Fikih Agraria”, dan “Fikih Kebencanaan”.
Soft launching buku yang disusun oleh sejumlah penulis dari Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Muslims for Shared Actions on Climate Impact (MOSAIC), serta GreenFaith Indonesia tersebut digelar di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (27/9).
Buku tersebut rencananya diluncurkan secara resmi pada kegiatan Tanwir Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa bulan mendatang, dan akan menjadi acuan berbagai inisiatif lainnya, seperti Sedekah Energi dan Bengkel Hijrah Iklim.
Baca juga: Posisi strategis gas bumi dalam transisi energi
Baca juga: Kementerian ESDM targetkan tambah kapasitas PLTB 5 GW hingga 2030
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024