Demikian pula dari segi volume bertambah 303,81 persen dari 18.450 unit pada triwulan I-2013 menjadi 74.503 unit pada triwulan I-2014,"

Denpasar (ANTARA News) - Bali meraup devisa sebesar 2,71 juta dolar AS dari ekspor kerajinan berbahan baku rotan selama triwulan I-2014, naik signifikan mencapai 708,20 persen dibanding triwulan yang sama tahun 2013 ercatat 335.684,98 dolar AS.

"Demikian pula dari segi volume bertambah 303,81 persen dari 18.450 unit pada triwulan I-2013 menjadi 74.503 unit pada triwulan I-2014," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, meskipun mengalami peningkatan yang signifikan kerajinan berbahan baku rotan itu andilnya masih relatif kecil yakni 2,04 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 132,96 juta dolar AS pada triwulan I-2014.

Perajin dan seniman Bali mengolah rotan itu menjadi matadagangan ekspor dengan sentuhan seni antara lain berbentuk kursi, lemari, perabot rumah tangga, tempat tidur dan aneka jenis cindera mata yang menarik lainnya.

Perajin Bali merancang matadagangan dengan desain yang unik dan menarik, sehingga sangat diminati konsumen mancanegara.

Bali tidak memiliki kebun atau hutan yang khusus memproduksi rotan, namun bahan baku untuk pembuatan berbagai jenis matadagangan dan aneka jenis cendera mata itu sepenuhnya mendatangkan dari Sulawesi, Kalimantan maupun Papua.

Ketut Teneng menjelaskan, perajin Bali juga memanfaatkan rotan itu untuk membuat aneka jenis cindera mata antara lain tas yang dikombinasikan dengan kulit sehingga mampu menambah perolehan devisa.

Kerajinan berbahan baku rotan merupakan salah satu dari 17 jenis kerajinan Bali yang menembus pasaran luar negeri yang sebagian besar diserap oleh pasaran Jepang yakni mencapai 22,98 persen menyusul Amerika Serikat 17,88 persen.

Selain itu juga diserap pasaran Singapura 1,11 persen, Prancis 7,21 persen, Australia 5,79 persen, Italia 5,08 persen, Inggris 4,64 persen, Spanyol 5,74 persen dan Jerman 3,79 persen.

Sedangkan sisanya 25,79 persen diserap oleh berbagai negara lainnya berkat komoditas tersebut mampu bersaing di pasaran internasional, ujar Ketut Teneng.
(I006/T007)

Pewarta: IK Sutika
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014