Sensasi red carpet, pas jalan di red carpet dan kanan kiri banyak kamera rasanya bangga banget menjadi filmmaker."

Cannes (ANTARA News) - Perelatan insan film yang datang dari seluruh penjuru dunia di kota wisata Cannes, Prancis pun usai, meninggalkan kenangan bagi seluruh peserta festival film yang digelar untuk ke 67kalinya.

Karpet merah pun sudah digulung dan para photographer yang datang dari berbagai negara pun siap siap kembali ke negaranya, namun sensasi berjalan di karpet merah menuju grand theater Lumiere dengan kilatan lampu milik para paparazzi tidak dapat dilupakan begitu saja.

Horison Ford .... Horison Ford ..... look at me, teriak para photographer yang sudah siap dengan camera super yang mengarah ke bintang Indiana Jones itu yang datang bersama dengan bintang "rambo" Sylvester Stallone, Arnold Schwarzenegger serta Antonio Banderas.

Acara jalan di karpet merah itu juga dimanfaatkan para bintang film untuk menunjukkan kepedulian mereka akan nasib anak anak yang diculik oleh kelompok milisi Boko Haram di Kota Chibok.

Kertas ukuran 4A bertulisan "Bring Back our Girls" pun dipegang oleh masing masing para bintang yang tentunya juga langsung menjadi santapan para photographer untuk mengabadikannya.

Biasanya para bintang film ternama juga ingin menunjukkan kepeduliannya kepada isu isu yang sedang hangat, demikian bintang film Tjut Nyak Dien Christine Hakim kepada Antara London, pekan silam tentang sensasi karpet merah yang setiap tahun digelar di kota wisata Cannes, Prancis selatan.

Merupakan kebanggaan bagi artis yang berjalan di karpet merah menuju gedung grand Theater Lumerei tempat film mereka diputar untuk pertama kalinya.

Sensasi karpet merah juga dirasakan insan film dari Indonesia mulai dari Christine Hakim, yang pernah menjadi juri di festival film Cannes, dan Maudy Kusnadi yang tahun lalu menjadi duta merek kosmetika Prancis mewakili Indonesia sebagai brand ambassador Loreal Paris.

Biasanya para artis dan undangan berjalan di karpet merah menuju Grand Theater Lumiere, gedung utama tempat primer film peserta festival.

Berjalan di Red Carpet diharuskan mengenakan busana malam plus sepatu high heel dan itu juga berlaku bagi wartawan yang meliput dan melakukan pemotretan dan shooting gambar televisi tidak terkecuali, setiap wartawan diwajibkan mengunakan jas hitam buat kaum pria dan wanita diwajibkan mengenakan busana malam hitam hitam.

"Repot juga cuman mau meliput aja harus ada dress codenya segala sich," ujar Amanda Valani dari Metro TV yang tengah menyelesaikan masternya di London yang melakukan liputan di karpet merah.

Sebelum memasuki tempat yang disediakan khusus untuk para kuli tinta meliput di karpet merah kiri kanan yang sudah diberi tanda tempat para kuli tinta itu berdiri dan mengambil gambar. Selain mengikuti peraturan yang ditetapkan, para kuli tinta pun harus antri di bagian khusus media massa

Berjalan di karpet merah berarti harus mengikuti dress code yang sudah ditetapkan berupa gaum malam bagi kaum perempuan dan jas hitam dengan dasi kupu kupu untuk kaum pria.

Rancangan busana disainer Indonesia di Inggris, Fitriani Hay, juga menjadi salah satu pilihan para artis yang berjalan di karpet merah.

Busana malam warna putih yang dikenakan Miranda Otto dan pakaian pesta warna hitam menjadi pilihan artis Paz Vega di Cannes Film Festival merupakan busana rancangan Fitriani Hay.

"Sensasi red carpet, pas jalan di red carpet dan kanan kiri banyak kamera rasanya bangga banget menjadi filmmaker," ungkap Robby Ertanto, sutradara muda film Dilema dan produser film 7 hati, 7 cinta dan 7 wanita, serta film Takut kepada Antara London, akhir pekan.

"Glamour dan amazing, apalagi dua kali berjalan red carpet di Cannes rasanya gak mau pulang dan jadi termotivasi untuk bikin film yang bagus," demikian Robby Ertanto, yang sukses memproduksi berbagai film indie.

Di film Takut, Robby berkolaborasi dengan produser Hollywood, Bryan Yuzna dan San Fu Malta. Selain pernah menimba ilmu secara langsung dari pemenang piala Oscar, Tom Abbrams.

Hal yang sama juga diungkapkan filmmaker Indonesia yang juga Bendahara Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) Wilza Lubis yang mengatakan sebagai filmmaker rasanya senang bisa merasakan yang namanya red carpet

Dikatakannya sorotan lampu, flash camera para wartawan, euphoria dari para tamu undangan yang datang lengkap dengan dandanan dan gaya yang maksimal membuat suasana menjadi lebih megah.

Menurut Wilza Lubis, red carpet memang selalu terkesan glamour, tapi untuk saya, itu hanya sebagai simbol pemicu semangat untuk berkarya lebih baik lagi. Pasti akan lebih bahagia apabila film yang diputar adalah film saya.

Dalam festival film Cannes yang dibuka dengan film "Grace of Monaco," yang bercerita tentang Grace Kelly yang dibintangi oleh Nicole Kidman, beberapa delegasi Indonesia mendapat kesempatan berjalan di red carpet.

Diantaranya Kasubdit Festival dan Eksibisi Film, Direktorat Pengembangan Industri Perfilman Kemparekraf RI, Molly Prabawaty yang untuk tahun kedua mendapat kesempatan berjalan di karpet merah.

Sensasi Red Carpet, membuat orang ketagihan karena tidak mudah untuk mendapatkan tiketnya, ujar Molly Prabawaty yang pernah menjadi penari istana. "Senang banget bisa bertemu dan melihat langsung para pemain film terkenal dunia," ujar Molly yang sebelumnya menjabat Kasubdit promosi Eropa Barat Kemparekraf. (ZG)

Oleh Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014