Hasil studi ini menujukkan, penerapan bioteknologi mampu mendorong peningkatan pendapatan petani hingga total 116,6 miliar dolar dan justru petani meraup keuntungan tertinggi adalah petani dari negara berkembang dengan lahan sempit...
Bogor (ANTARA News) - Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Direktur PG Economics Limited, Graham Brookes, penerapan bioteknologi di sejumlah negara maju telah mampu meningkatkan produktivitas pertanian.
"Seperti contoh di Filipina yang sudah lebih dulu menerapkan bioteknologi, dapat menghasilkan keuntungan sebesar 135 dolar Amerika per hektar pada musim kering dan 125 dolar per hektar selama musim hujan. Sementara petani Indonesia saat ini hanya mampu menghasilkan 7 dolar per hektar," ujar Brookes, dalam intenasional seminar dengan tema "Dampak Global Penerapan Bioteknologi dalam Mendorong Perbaikan Lingkungan Hidup dan Teknologi" bertempat di Kampus Pascasarjana Manajemen Bisnis IPB, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Brookes memaparkan hasil studi terbaru yang dilakukan selama 17 tahun ini mengenai dampak sosial-ekonomi dan lingkungan penerapan bioteknologi.
Dalam pemaparannya, Brookes mengatakan, bahwa tanaman bioteknologi telah membantu petani baik di negara maju maupun negara berkembang untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus penghasilan petani.
"Hasil studi ini menujukkan, penerapan bioteknologi mampu mendorong peningkatan pendapatan petani hingga total 116,6 miliar dolar dan justru petani meraup keuntungan tertinggi adalah petani dari negara berkembang dengan lahan sempit," ujarnya.
Ia mengatakan, tanaman hasil bioteknologi senantiasa menjadi investasi yang menguntungkan bagi petani di seluruh dunia.
"Sejak pertama diterapkan, 16,7 juta petani dari 29 negara telah menanam biotek di lahan seluas 1,25 miliar hektar atau 25 persen lebih besar dari total tanah di Amerika Serikat, atau Tiongkok dan 90 persen petani berasal dari negara-negara berkembang," ujar Graham.
Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB, Dr Arief Daryanto mengatakan, perkembangan teknologi untuk sektor pertanian menjadi hal penting untuk menghasilkan komoditas pertanian dengan kualitas yang lebih baik sekaligus dalam mengurangi keuntungan Indonesia terhadap impor pangan.
"Kalau negara lain sudah menerapkan dan hasil penelitian yang dilakukan Graham Brookes menunjukkan bahwa penerapan bioteknologi telah memberikan keuntungan ekonomi, kenapa kita tidak menerapkannya," ujar Arief.
Menurut Arief, Pemerintah Indonesia terlalu hati-hati dalam penerapan bioteknologi dalam sektor pertanian hal ini yang membuat Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Filipina dan India yang sudah menerapkan teknologi tersebut.
Lambatnya penerapan bioteknologi tersebut, lanjut Arief, karena masih besarnya kekhawatiran atas dampak-dampak negatif dari produk pertanian yang dihasilkan oleh penerapan bioteknologi.
"Padahal, kekhawatiran itu tidak beralasan. Karena selama ini kita mengkonsumsi produk-produk bioteknologi yang diimpor dari negara-negara yang sudah menerapkan bioteknologi tersebut," lanjut Arief.
Menurut Arief, sudah saatnya bioteknologi diterapkan dalam sektor pertanian Indonesia, agar tidak tertinggal dengan negara tetangga yang sudah menerapkan.
Selain meningkatkan produktivitas, pendapatan petani, juga bisa menghasilkan produksi yang berkualitas.
"Penerapan bioteknologi tersebut juga bisa mengatasi hambatan-hambatan pertanian yang dihadapi petani seperti perubahan musim, ancaman serangan hama dan penyakit serta keterbatasan lahan," ujarnya.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014