Untuk siapa Piala Dunia? Bukan untuk kami. Kami tidak menginginkan Piala Dunia, kami ingin uang untuk kesehatan dan pendidikanBrasilia (ANTARA News) - Kepolisian Brasil, Selasa, menembakkan gas air mata ke arah ribuan demonstran yang bergerak dari alun-alun depan kantor pemerintah kota Brasilia menuju salah satu stadion sepak bola ibu kota untuk memprotes pengeluaran negara terkait pergelaran Piala Dunia.
Sekitar 500 orang di antara demonstran tersebut merupakan kepala suku pribumi dari pinggiran sungai Amazon. Mereka mengenakan pakaian tradisional lengkap dengan panah dan busurnya.
Para kepala suku tersebut bergabung dengan sekitar 500 orang lain dari sejumlah gerakan sosial.
Pihak kepolisian mencegah barisan demonstran saat hendak memasuki stadion. Keributan dimulai saat seorang demonstran menembakkan panah sementara sebagian lain melempar batu ke arah 700 anggota kepolisian yang mengitari stadion.
Selain itu, demonstran juga memblokade sejumlah jalan sekitar kawasan perkantoran pemerintah yang merupakan lokasi istana kepresidenan, gedung kongres dan Mahkamah Agung.
"Untuk siapa Piala Dunia? Bukan untuk kami. Kami tidak menginginkan Piala Dunia, kami ingin uang untuk kesehatan dan pendidikan," demikian teriakan para demonstran yang dikutip AFP.
Pada beberapa bulan terakhir, para penduduk pribumi asli Brasil--yang berjumlah 0,3 persen dari total 200 juta populasi--menggelar demonstrasi untuk memprotes Presiden Dilma Rousseff karena terus menunda pematokan tanah-tanah leluhur.
Mereka menuduh Rousseff lebih memihak kepada kebijakan yang menguntungkan pertanian skala besar.
Menjelang pembukaan Piala Dunia pada 12 Juni mendatang, Brasil juga harus menghadapi serangkaian demonstrasi yang memprotes pengeluaran negara untuk turnamen tersebut yang mencapai 11 milyar dolar AS. Mereka mengatakan bahwa uang tersebut seharusnya digunakan untuk sejumlah program yang membantu kelompok miskin.
Para pemimpin suku--yang pada Selasa membuka demonstrasi dengan menabuh gendang dan ritual--bergabung dengan kelompok anti-Piala Dunia.
"Sebelum menggelar Piala Dunia, Brasil seharusnya lebih dulu memikirkan program kesehatan, pendidikan, dan perumahan," kata Neguinho Truka, pemimpin suku Truku di negara bagian Pernambuco.
Saat menjadi tuan rumah Piala Konfederasi tahun lalu, Brasil sempat dipermalukan karena tidak mampu mencegah demonstrasi yang sama berubah menjadi aksi kekerasan.
(G005)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014