Kupang (ANTARA) - Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur, menggandeng mahasiswa dari Australia membahas tentang ancaman pandemi yang ditimbulkan oleh resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) yang masih terjadi dalam dunia kesehatan.

"AMR ini belum menjadi perhatian oleh semua pihak, terutama para peneliti, sehingga hal ini sering disepelekan," kata Dekan FKKH Undana Dr dr Christina Olly Lada di Kupang, Jumat.

Hal ini disampaikan Christina Olly usai membuka seminar internasional yang diinisiasi oleh BEM FKKH Undana dengan tema "The World’s Silent Pandemic! Global Challenges and Solutions to Antimicrobial Resistance with a ‘One Health’ Approach" yang dilakukan secara hybrid.

Dia menjelaskan penyalahgunaan dan penggunaan antimikroba yang berlebihan pada manusia, hewan, dan tumbuhan mempercepat perkembangan dan penyebaran AMR di seluruh dunia.

Baca juga: Undana dan universitas luar negeri bahas penyakit infeksi hewan

"Lebih dari 4,9 juta orang diperkirakan meninggal pada tahun 2019 karena infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik," ujarnya.

Sementara di Indonesia, terjadi peningkatan prevalensi bakteri resisten antibiotik yang menjadi penyebab infeksi, terutama infeksi berat seperti radang paru-paru dan sepsis.

Dia menambahkan bahwa ketika seseorang membutuhkan antibiotik yang cepat tepat dan ampuh, tetapi sulit mendapatkannya, sehingga berdampak pada kesehatan.

Beberapa kasus yang ditemukan oleh Christina di lapangan adalah ketika ada yang sakit kepala justru obat yang diminum adalah obat antibiotik.

Baca juga: Indonesia bersama FAO ajak masyarakat hati-hati gunakan antimikroba

Dalam kesempatan tersebut para pembicara tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari dari Australia yakni Dr Smathi Chong dari Flinders Overseas Group.

"Tentunya kehadiran pembicara dari luar negeri ini bisa memberikan materi yang sudah dipelajari sehingga kita di NTT bisa mengadopsinya atau juga sebaliknya," ujar dia.

Ketua Panitia Seminar Salsabila Yong Teguh menyebutkan peserta seminar sekitar 350 mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Kota Kupang.

Dalam kegiatan itu juga ada berbagai lomba artikel ilmiah, poster, dan beberapa lomba lainnya.

Baca juga: Kolaborasi intersektoral bantu tangani resistensi antimikroba

Ketua BEM FKKH Andre Junior Tumbik berharap artikel ilmiah yang dilombakan itu kelak bisa menjadi bahan pengetahuan bagi masyarakat di NTT khususnya bagi yang belum mengetahui mengenai resistensi.

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024