Bangkok (ANTARA News) - Penguasa militer Thailand mulai berupaya memulihkan perekonomian negara itu setelah mengkudeta pemerintahan terguling di sana, selain membungkam kritik dan memburu senjata-senjata yang mereka khawatirkan masih bisa digunakan untuk berbalik memerangi mereka.
Tentara menyerbu sebuah klub wartawan asing di Bangkok dan kemudian menahan mantan perdana menteri setelah dia mengutuk kudeta sebagai pembawa bencana. Sementara itu unjuk rasa kecil di Bangkok berlangsung tanpa insiden dengan sedikit orang yang turun ke jalan, guna menentang kudeta.
Panglima angkatan bersenjata Jenderal Prayuth Chan-ocha yang merebut kekuasaan mengatakan tentara mesti menertibkan keadaan setelah hampir tujuh bulan berlangsung demonstrasi yang kadang membawa maut.
Senin dia mengaku sudah mendapatkan dukungan formal Raja Bhumibol Adulyadej sebagai ketua dewan militer yang merupakan legitimasi penting di negara di mana monarki menjadi institusi paling penting itu.
Junta dengan cepat memberangus perbedaan pendapat dan menangani kesulitan-kesulitan ekonomi, terutama mempersiapkan pembayaran untuk ratusan ribu petani beras yang tak bisa dipenuhi pemerintah terguling.
Militer juga telah menahan lusinan politisi dan aktivis serta siapa pun yang melanggar perintah akan dipenjarakan paling lama dua tahun. Militer juga menyensor media dan menerapkan jam malam.
"Kami sangat tegas pada strategi kami," kata juru bicara tentara Winthai Suvaree menyangkut demonstrasi. "Jika mereka melanggar hukum, kami harus menahan mereka. Jika mereka tak pulang sampai pukul 10 dari jam malam, kami harus membawa mereka."
Dia mengatakan tentara menemukan senjata sewaktu penggeledahan di seluruh penjuru negeri dalam beberapa hari terakhir.
"Kebanyakan dari senjata ini milik mereka yang berkaitan dengan gerakan 'kaus merah," kata Winthai menujuk para pendukung Perdana Menteri terguling Yingluck Shinawatra dan abangnya mantan PM Thaksin Shinawatra yang digulingkan militer pada 2006 dan sampai kini hidup di pengasingan untuk menghindari tuduhan suap.
Thaksin masih menjadi politisi paling berpengaruh di Thailand dan sangat populer di kalangan miskin pedesaan di bagian utara dan timur laut negeri itu, namun tidak disukai kalangan pendukung kerajaan dan kelas menengah Bangkok karena dianggap ancaman terhadap tatanan lama.
Sejumlah loyalis Thaksin telah bersumpah untuk melawan setiap pengambilalihan kekuasaan, sedangkan polisi dan tentara terus memburu senjata.
"Siapa pun yang memiliki senjata tanpa izin yang jelas akan dianggap kriminal," kata panglima komando tengah Jenderal Thirachai Nakwanich kepada wartawan.
Jenderal Preecha Chan-ocha, adik dari Jenderal Prayuth, berkata kepada Reuters bahwa tentara terus memonitor gerakan bawah tanah para aktivis kaus merah.
"Kami yakin aktivitas-aktivitas masih tetap terorganisasi sehingga bisa menyebabkan pergolakan politik," kata dia.
Sementara ity mantan Menteri Pendidikan Chaturon Chaisang ditahan tentara setelah lari menerobos Klub Jurnalis Asing di Thailand begitu selesai berpidato. Chaturon berkata kepada wartawan bahwa kudeta telah membesarkan konflik.
"Mulai sekarang akan ada banyak penangkapan, masyarakat akan berada dalam situasi lebih buruk. Perekonomian akan berada dalam situasi buruk, ini akan menjadi bencana," kata dia.
Yingluck dicabut kekuasaannya oleh Mahkamah Konstitusi pada 7 Mei dan lalu militer mengambilalih kekuasaan pada 22 Mei.
Tetapi, Thaksin atau partainya selalu memenangi Pemilu sejak 2001 dan kemungkinan besar akan menang lagi, sementara demonstan prokemapanan ingin sistem pemilu diganti untuk mengakhiri pengaruh Thaksin.
Prayuth tidak dibebankan untuk menentukan waktu untuk pemilu baru, sedangkan Thaksin tak mau berkomentar di media sejak kudeta terjadi namun di Twitter dia mengaku sedih.
Tak seperti halnya Thaksin dan warga Thailand utara, sebagian besar warga Bangkok mendukung kudeta karena itu demi mengendalikan Thaksin. Bagi mereka Thaksin selain memperkaya diri, juga tidak menghormati kerajaan.
"Ini kudeta yang baik," kata Chanchai Thonprasertvej (54), seorang dokter seperti dikutip Reuters. "Tentara bisa melindungi tanah air dan raja. Mereka akan melindungi negara saya dari Thaksin."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014