Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali kembali menambah catatan hotel atau akomodasi pariwisata yang tersertifikasi siap siaga bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin di Denpasar, Jumat, menyebut saat ini sudah ada 106 akomodasi tersertifikasi setelah baru saja ditambah tujuh hotel yang lolos.
“Ada 106 total keseluruhan dari 498 hotel berbintang, fokus pertama kami hotel berbintang,” kata dia.
Adapun tujuh hotel yang baru saja mendapat sertifikasi siap siaga bencana yaitu Anantara Uluwatu Bali Resort Hotel, Hotel Sanur Resort Watu Jimbar, Hotel Ibis Style Bali Legian, The Edge Bali Uluwatu, Hotel Plagoo Holiday, Ibis Style Denpasar, Hotel Ibis Bali Kuta, dan Grand Mercure Seminyak.
Rentin mengatakan Pemprov Bali mendorong agar seluruh akomodasi pariwisata memperhatikan kesiapsiagaan bencana, khususnya hotel berbintang.
“Itu karena sering menjadi tempat kegiatan bertaraf internasional, termasuk rakor-rakor nasional dilaksanakan di Bali bertempat di hotel-hotel tersebut, kami fokus ke hotel ini,” ujarnya.
Meskipun tujuh hotel tambahan tersebut telah tersertifikasi, BPBD Bali memberi sejumlah catatan seperti pemasangan rambu jalur evakuasi yang kurang, pewarnaan rambu, serta jumlah personel pengamanan.
“Secara akses pandangan wisatawan terhadap rambu belum cukup lengkap, dan dari sisi pewarnaan karena ada peraturan Kepala BNPB yang terbaru, dulu berwarna hijau sekarang diharapkan berwarna biru salah satunya,” ujarnya.
“Kedua dari sisi jumlah personel pengamanan harus ada perbandingan ideal antara kapasitas hotel dengan jumlah personel dari sisi pengamanan,” sambungnya.
Terdapat tiga hotel yang mendapat catatan, namun pihak hotel telah membuat surat pernyataan dalam waktu maksimal 1,5 tahun melengkapi personel agar ideal dengan kapasitas akomodasi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra menambahkan bahwa kesiapsiagaan bencana tidak hanya tanggung jawab pemerintah maupun aparat, namun semua orang.
Apalagi, kata dia, Bali memiliki potensi kebencanaan dan salah satu sektor penopang ekonominya adalah pariwisata, sehingga ketika terjadi bencana yang memberi dampak ke wisatawan akan mengganggu pariwisata itu sendiri.
“Teman-teman industri pariwisata yang sebagian besar akomodasinya ada di pinggir pantai harus memiliki kesiapsiagaan yang baik, karena dengan kesiapsiagaan yang baik seperti pengetahuannya baik, struktur fisiknya baik, peralatan-peralatan evakuasinya baik, kemudian logistiknya untuk menghadapi bencana cukup, maka risiko dari bencana gempa dan tsunami bisa kita perkecil,” kata dia.
Baca juga: Industri pariwisata Bali diminta bangun kesiapsiagaan bencana
Baca juga: Pemprov Bali lantik ratusan Tagana, optimalkan bantu daerah rawan
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024