Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan pemerintah mengusung pendekatan solusi permanen untuk menekan angka kebakaran hutan dan lahan (kahutla) yang berhasil dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK, Laksmi Dhewanti dalam tayangan 10 Tahun Kerja Sustainabilitas Pengendalian Perubahan Iklim dipantau daring di Jakarta, Jumat, mengatakan karhutla menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di Indonesia.

Baca juga: Gakkum KLHK segel 18 lokasi karhutla selama Agustus-September 2024

"Dengan mengusung solusi permanen kami analisa iklim dan cuaca, termasuk melakukan modifikasi cuaca, meningkatkan operasi di lapangan seperti patroli, pencegahan hingga pemadaman serta meningkatkan pengelolaan lanskap," ujar Dirjen PPI Laksmi.

Dia memaparkan bahwa pihaknya juga fokus dalam upaya memperkuat Manggala Agni yang bertugas dalam penanganan karhutla dan melakukan pencegahan di akar rumput, selain juga dilakukan pelibatan masyarakat melalui program Masyarakat Peduli Api di berbagai desa di Indonesia.

"Hasilnya, angka luas kebakaran hutan dan lahan mampu diturunkan secara drastis dari sekitar 2,6 juta hektare di tahun 2015 menjadi sekitar 205 ribu hektare di tahun 2022," ujarnya.

Baca juga: BNPB: Wilayah sasaran pengendalian karhutla tahun ini meluas

Baca juga: KLHK proses eksekusi ganti rugi terkait karhutla senilai Rp6,1 triliun


Secara rinci KLHK mencatat penurunan karhutla di lahan gambut, pada 2015 terjadi di lahan seluas 891.275 hektare atau 34 persen dari total luas karhutla. Jumlah itu turun pada 2019 menjadi 483.111 hektare atau 30 persen dari total luas karhutla, pada 2023 semakin turun menjadi 182.789 hektare atau 16,38 persen dari total luas karhutla.

Semua langkah itu untuk mendukung penurunan emisi GRK Indonesia, terutama dalam sektor kehutanan. Target Indonesia sudah tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC), yaitu pengurangan emisi sampai dengan 2030 adalah sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri dan ditingkatkan hingga 43,2 persen apabila mendapatkan dukungan internasional.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024