Moskow (ANTARA) - Perwakilan yang lebih luas dari negara-negara Global South di Dewan Keamanan PBB sangat penting untuk reformasinya karena tanpa hal tersebut, badan itu akan mengalami kehancuran, ujar Menteri Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg.

"Kita tidak bisa memiliki Dewan Keamanan yang mencerminkan dunia tahun 1945. Kita memerlukan Dewan Keamanan yang mencerminkan dunia tahun 2025. Kita membutuhkan negara-negara Asia dan Afrika lainnya di Dewan Keamanan. Global South harus memiliki posisi yang lebih kuat. Jika kita tidak mencapainya, PBB akan menghapus eksistensinya sendiri," kata Schallenberg dalam wawancaranya dengan surat kabar Der Standard, Kamis.

Presiden AS Joe Biden menyerukan reformasi Dewan Keamanan PBB tahun lalu, dan hal tersebut disampaikan dengan lebih jelas dibandingkan presiden AS lain sebelumnya, ujar Schallenberg.

Ia menambahkan bahwa dunia membutuhkan sistem internasional berbasis aturan.

“Pendekatan multilateral bukanlah sebuah kemewahan, tetapi sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Kami, Austria, sebagai negara di Eropa Tengah yang berorientasi pada ekspor, sangat bergantung pada kepatuhan terhadap aturan," kata Schallenberg.

"Kita harus memastikan bahwa negara-negara besar, termasuk yang memiliki senjata nuklir, tidak mengabaikan aturan tersebut secara imperialistik. Namun, untuk menjaga multilateralitas ini, kita memerlukan reformasi. Dewan Keamanan saat ini tidak cukup inklusif," kata Schallenberg menambahkan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, bersama banyak pemimpin dunia, telah berulang kali menyerukan reformasi Dewan Keamanan PBB, karena hal tersebut akan membantu dalam pencegahan dan penyelesaian konflik, serta menyeimbangkan kembali hubungan global.

Sebagian besar gagasan reformasi berkaitan dengan memperluas badan tersebut dengan meningkatkan keterwakilan dari mayoritas negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang saat ini sangat rendah.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Akankah reformasi PBB jadi solusi berbagai konflik di dunia?
Baca juga: Indonesia pertanyakan peran DK PBB dalam mencipta perdamaian


Penerjemah: Primayanti
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024