Jakarta, (ANTARA News) - Atmosfer yang sangat kering di udara Kalimantan dan tak adanya potensi awan membuat hujan buatan untuk mematikan ratusan titik api dan mengurangi asap tak bisa terbentuk."Sejak dua hari lalu, (Minggu, 1/10) sudah 15 ton zat penyemai awan, NaCl, yang disebar melalui Hercules TNI AU untuk merangsang hujan, tetapi sia-sia, karena atmosfer kering dan tak ada potensi awan," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Asep Karsidi saat dihubungi sedang berada di Palembang, Selasa.Karena itu, pihaknya perlu menunggu beberapa hari ke depan hingga ada kemungkinan volume uap air di atmosfer memenuhi syarat di atas 70 persen untuk terbentuknya hujan.Sementara itu, saat ini temperatur di barat Sumatera dan selatan Jawa, ujarnya, masih dingin, sehingga tak ada uap air yang bisa diharapkan terbawa angin Barat, namun masih ada kemungkinan temperatur di kawasan itu akan naik dalam beberapa waktu lagi.Jika uap air di udara cukup besar, ujarnya, penyemaian awan (cloud seeding) akan mampu membentuk awan hujan untuk mengurangi asap, tetapi jika tidak, penyemaian akan sia-sia."Sedangkan pelemparan bom air (water bombing) tidak dimungkinkan karena ketiadaan armada pesawat yang mampu membawa berton-ton air. Yang ada sekarang pesawat yang hanya berkapasitas 350 dan 1.000 liter air," katanya.Dikatakannya, upaya pemerintah mematikan titik api dan mengurangi asap yang telah dimulai tahap pertamanya pada 8 Agustus 2006 dengan anggaran Menkokesra, seolah percuma saja karena pembakaran lahan oleh masyarakat dan perusahaan dilakukan setiap hari dengan sengaja sehingga titik api semakin banyak."Upaya pemerintah mematikan api tak mampu mengejar munculnya titik-titik api baru, memang membakar itu cara yang paling murah untuk membuka lahan dan memulai penanaman," katanya.Saat ini pihaknya sudah berada di Sumsel untuk melihat potensi uap air dan memulai penyemaian awan di udara Sumatera yang juga kritis. Setelah itu akan kembali lagi ke Kalteng, Kalsel dan Kalbar tempat di mana ribuan titik api dan asap sudah berbahaya.Di Kalteng tercatat pada 1 Oktober ada 2.210 titik api, di Kalsel ada 2.431 titik api, di Kalbar 640 titik api, sedangkan di Sumsel ada 127 titik api, di Riau 11 titik api dan di Lampung puluhan titik api.(*)

Copyright © ANTARA 2006