Cirebon (ANTARA News) - Pasar Gebang yang berjarak sekitar 20 kilometer sebelah timur Kota Cirebon, Selasa pagi sekitar pukul 08.00 WIB, terbakar. Kebakaran itu sempat membuat lalu lintas kendaraan di ruas Cirebon-Tegal macet sepanjang sekira dua kilometer. Sebagian pedagang bahu-membahu memadamkan api, sebagian yang lain membantu menyelamatkan barang dagangan. Tercatat enam kios ikut terbakar yaitu satu kios Toko Emas Barokah, satu kios makanan ringan milik Sutadi, dua kios Sembako milik H Onah, dan dua kios kaset milik Dul Carya. Menurut Herman (24), adik Sutadi yang sedang penjaga toko makanan ringan, api berasal dari langit-langit kios milik kakaknya itu dan diduga terjadi karena adanya arus pendek dibagian atas kios. "Instalasinya memang kacau apalagi meteran dibagi untuk empat kios, jadi pasti api dari arus pendek listrik", katanya yang mengetahui kebakaran dari pegawainya Ade Irma (15). Ia menyesalkan lambatnya petugas pemadam kebakaran yang baru sampai setelah 40 menit lebih api berkobar, apalagi tiupan angin cukup kencang ke arah Selatan sehingga tiga kios sebelah Selatan dari Kios Sutadi ikut terbakar. "Hanya sebagian barang yang bisa diselamatkan", katanya yang memperkirakan kerugian kiosnya mencapai Rp15 juta. Sementara H Onah mengatakan, saat ada teriakan `kebakaran` dia tengah melayani pembeli, dan seketika itu menjadi panik dan berusaha menyelamatkan barang-barangnya, namun justru sekitar 20 dus air mineral yang ada di kiosnya digunakan warga untuk memadamkan api. "Setengah barang saya habis terbakar", katanya yang mengaku juga menjadi korban kebakaran Pasar Gebang tahun 1995. Beruntung kali ini kebakaran tidak melumatkan seluruh pasar seperti yang terjadi tahun 1995 lalu karena dua kendaraan pemadam yang datang berhasil menjinakkan api satu jam kemudian. Pasar Gebang merupakan salah satu pasar tumpah yang berpotensi menjadi biang kemacetan selama arus mudik lebaran karena pedagang ikan masih saja menggelar dagangan mereka di bahu jalan, padahal sudah ada batas pagar besi sebagai tanda batas dilarang berjualan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006