Kita kan nggak boleh lagi memutuskan yang strategis, apalagi usulan baru, nantilah di pemerintahan baru.
Cikarang, Jawa Barat (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan rencana pemindahan pelabuhan masuk barang impor ke wilayah timur Indonesia akan dilimpahkan kepada pemerintahan baru.
"Iya, di pemerintahan berikutnya," ujar Zulkifli, di Cikarang, Jawa Barat, Kamis.
Zulkifli menyampaikan usulan pemindahan pelabuhan masih dalam tahap kajian. Masalah ini juga sudah didiskusikan dengan tim dari pemerintahan baru, namun belum dibahas secara mendalam.
"Sudah ada usulan, tapi belum dibahas secara (detail), kita kan nggak boleh lagi memutuskan yang strategis, apalagi usulan baru, nantilah di pemerintahan baru," katanya.
Sebelumnya, Zulkifli mengusulkan pemindahan jalur masuk barang impor di luar Pulau Jawa untuk menghambat peredaran tujuh komoditas impor, yang membanjiri Indonesia.
Zulkifli menyampaikan saat ini sebagian besar barang impor masuk melalui pelabuhan-pelabuhan di Pulau Jawa.
Dengan dipindahkannya pelabuhan ke luar Jawa, maka biaya logistik akan menjadi lebih tinggi dan mempengaruhi harga jual barang impor tersebut ke konsumen.
Zulkifli menyebut usulan pemindahan pelabuhan masuk barang impor telah disampaikan kepada Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. Keduanya telah sepakat untuk membahas masalah ini dalam rapat terbatas (ratas).
Para menteri terkait seperti Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita sudah hampir menyepakati dalam rapat terkait usulan pemindahan pelabuhan masuk barang impor, agar tidak menumpuk di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Pemindahan jalur masuk barang impor (entry point) tujuh komoditas ke wilayah timur Indonesia, secara langsung bisa memperkuat daya saing industri dalam negeri.
Baca juga: Kemendag sebut pemindahan pelabuhan barang impor masih dikaji
Baca juga: Mendag sebut usulan pemindahan pelabuhan impor perlu dibahas di Ratas
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024