Menurut penelitian yang dilakukan Ioanna Koptsi, seorang mahasiswa pascasarjana dari University of East London, sikap ini tidak hanya meningkatkan pola makan yang lebih sehat, tetapi juga mencegah kita mengonsumsi makanan secara emosional.
"Hubungan antara konsumsi makanan dan kesejahteraan psikologis tampaknya lebih kompleks daripada hubungan langsung antara kelaparan dan makan," ujar Ioanna seperti dilansir Female First.
Kemudian, lanjut Koptsi, penelitian ini difokuskan untuk memahami peran kesadaran dalam perilaku makan dan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) individu.
Dalam penelitian ini, sekitar 42 orang perempuan dan 33 orang pria menyelesaikan tiga kuesioner yang berfokus pada kebiasaan dan pola makan serta kemampuan mereka untuk merefleksikan praktek makan mereka.
BMI para partisipan ini beragam. Sekitar tujuh persen dari mereka mengalami kekurangan berat badan. Kemudian, 63 persen memiliki berat badan normal. Sementara 28 persen kegemukan, serta satu persen sisanya menderita obesitas.
Hasil penelitian menunjukkan ketika individu lebih sadar akan perilaku makan mereka, mereka cenderung kurang menanggapi isyarat emosional.
Mereka juga tampak lebih sadar, baik mengenai konsumsi pangan dan pemeliharaan BMI yang lebih sehat.
"Perilaku makan tak diragukan lagi merupakan tantangan dalam kehidupan modern dan studi sebelumnya mengakui kompleksitas penelitian tentang topik ini," kata Ioanna.
"Isyarat emosional seperti agresi, depresi dan kecemasan dapat menyebabkan orang menjadi kurang memperhatikan kebiasaan makan mereka," tambahnya.
Menurut Ioanna, prinsip-prinsip perilaku makan yang hati-hati dapat dengan mudah dipelajari dan harus dimasukkan ke dalam praktek-praktek klinis dan penelitian saat ini.
Hasil penelitian ini dipresentasikan di Birmingham International Convention Centre.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014