Jakarta (ANTARA) - Paraplegia salah satu kondisi disabilitas fisik terganggunya fungsi gerak karena mengalami kelumpuhan pada tubuh bagian bawah.

Paraplegia adalah kelumpuhan pada anggota gerak yang sebagian besar memengaruhi pergerakan tubuh bagian bawah, dimulai dari panggul ke bawah. Seseorang yang mengalami paraplegia mungkin tidak dapat menggerakkan tungkai, paha, kaki, dan terkadang perut.

Paraplegia disebabkan karena hilangnya fungsi gerak (motorik) dan sensorik akibat adanya gangguan pada sistem saraf yang mengendalikan otot anggota gerak bagian bawah.

Hal ini biasanya terjadi karena cedera pada sistem saraf, terutama sumsum tulang belakang, tetapi juga dapat terjadi pada berbagai kondisi medis dan penyakit.

Terdapat dua jenis kondisi paraplegia, berdasarkan seberapa banyak bagian bawah tubuh yang terdampak, yakni paraplegia total atau menyeluruh kehilangan fungsi total, termasuk kemampuan merasakan sensasi dan bergerak.

Kemudian paraplegia sebagian atau tidak lengkap, yaitu kehilangan sebagian fungsi, tubuh bagian bawah masih dapat merasakan atau digerakkan, tetapi biasanya tidak sekuat seperti saat sebelum mengalami cedera.

Penyebab paraplegia

Penyebab paling umum paraplegia karena cedera pada sumsum tulang belakang. Cedera tersebut dapat terjadi dengan berbagai cara, diantaranya kecelakaan berkendara, cedera akibat luka tembak atau tusuk, terjatuh terutama pada orang dewasa dengan kondisi menderita osteoporosis atau osteopenia.

Selain itu, paraplegia juga terjadi disebabkan pada beberapa penyakit atau kondisi medis, seperti:
  • Tumor tulang belakang, termasuk kanker yang berkembang di dalam atau di sekitar sumsum tulang belakang
  • Kista atau rongga berisi cairan dalam sumsum tulang belakang (siringomielia)
  • Infeksi yang menyerang atau menekan sumsum tulang belakang
  • Kurangnya aliran darah (iskemia) akibat pembuluh darah yang tersumbat atau pecahnya pembuluh darah
  • Kerusakan saraf terkait diabetes
  • Kondisi bawaan alami saat lahir, di mana memiliki masalah dengan tulang belakang atau struktur sumsum tulang belakang, seperti mielomeningokel atau spina bifida
  • Cedera yang terjadi saat kelahiran atau pada masa kanak-kanak awal, yang menyebabkan kondisi seperti cerebral palsy
  • Kondisi autoimun atau inflamasi
  • Kondisi genetik seperti paraplegia spastik herediter
Gejala paraplegia

Paraplegia dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) maupun bertahap (kronis). Terdapat beberapa gejala yang dapat ditimbulkan kondisi ini, seperti:
  • Hilangnya sensasi pada tubuh bagian bawah
  • Penambahan berat badan
  • Depresi
  • Serangan rasa sakit atau sensasi di tubuh bagian bawah
  • Nyeri kronis
  • Disfungsi seksual
  • Kesulitan dengan fungsi kandung kemih dan usus
  • Luka di kulit akibat tidak dapat berubah posisi
  • Buang air besar dan buang air kecil yang tidak terkontrol
Jika dilihat berdasarkan efek dan gejalanya, paraplegia terbagi menjadi paraplegia spastik yakni otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan berada dalam kondisi kaku dan tegang, dan paraplegia flaksid, yakni otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan tidak bekerja sama sekali, lemas dan terkulai.

Perlu diperhatikan, segera periksa ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas, terutama jika gejala muncul tiba-tiba, setelah kecelakaan atau jika kesulitan bernapas.

Baca juga: Apa itu lumpuh layu?

Baca juga: Memahami disabilitas intelektual, pengertian dan penyebabnya

Baca juga: Jenis-jenis disabilitas mental, ada skizofrenia dan bipolar

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024