"Diharapkan pada saat puasa dan lebaran harga daging ayam tidak melonjak tinggi, karena selama ini para peternak rakyat itu merugi," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Srie Agustina, di sela-sela acara Pangan Nusa, di Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat.
Srie menjelaskan, kerugian yang diderita para peternak rakyat tersebut berimbas dengan adanya kenaikan harga yang tinggi pada saat bulan puasa dan Lebaran. Naiknya harga daging ayam tersebut diambil untuk menutupi kerugian peternak rakyat ditengah-tengah adanya permintaan yang tinggi pada bulan-bulan tersebut.
"Itulah kesempatan mereka untuk menutup kerugian," ujar Srie.
Untuk menghindari adanya lonjakan harga daging ayam tersebut, lanjut Srie, pemerintah telah memberikan himbauan untuk untuk mengurangi pasokan ayam usia sehari atau day old atau Day Old Chicks (DOC) sebesar 15 persen dari pasokan mingguannya.
Langkah tersebut, ujar Srie, merupakan salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan didukung oleh pengusaha dalam negeri dimana sebelumnya mereka mengalami kelebihan produksi sebanyak 40-47ribu ekor DOC per minggunya dan menyebabkan harga daging ayam terlalu rendah.
"Setelah kita melakukan perhitungan dengan instrumen yang ada, para pengusaha mengusulkan pengurangan pasokan sebesar 15 persen untuk mendapatkan pemasukan yang cukup bagi para peternak," kata Srie.
Populasi ayam di dalam negeri mencapai 2,5 miliar ekor pertahun, dan dari jumlah tersebut sebanyak 70 persen diproduksi oleh perusahaan besar sementara 30 persen sisanya diproduksi oleh perusahaan kecil. Sementara itu untuk penjualannya, mayoritas atau sekitar 70 persen melalui pasar tradisional, sedangkan 30 persen dari pasar modern.
(V003/A029)
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014