Mudah-mudahan ini akan lebih menguatkan
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melepas nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia, pada 4 Oktober tahun ini guna menguatkan program pengendalian demam berdarah dengue (DBD) di kawasan ini.
“Per 4 Oktober nanti ketika kita melakukan rilis aedes aegypti berwolbachia pertama di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat," Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, drg. Ani Ruspitawati, M.M Ani saat dijumpai di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu.
Wolbachia adalah salah satu bakteri alami yang ditemukan pada beberapa serangga, termasuk nyamuk aedes aegypti.
Kemampuannya menghambat reproduksi virus dengue dalam tubuh nyamuk membuatnya dinilai efektif dalam mencegah penyebaran penyakit seperti dengue, zika, demam kuning dan chikungunya.
Ia menjelaskan, dengan pelepasan itu berarti, pemerintah punya satu inovasi lagi.
Baca juga: Pemprov DKI siapkan 1.400 ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia
"Mudah-mudahan ini akan lebih menguatkan program pengendalian DBD yang ada di Jakarta,” katanya.
Ani juga menjelaskan, kegiatan itu dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) nomor 1341 tentang penyelenggaraan implementasi wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Lebih lanjut Ani mengatakan, Jakarta Barat dipilih karena merupakan salah satu wilayah yang memiliki status kasus DBD tinggi dibandingkan dengan wilayah Jakarta lainnya.
Menurut data, di Jakarta sendiri lonjakan kasus DBD yang cukup tinggi pada 2024 terjadi sekitar bulan Maret-Mei. Secara angka hingga September tahun ini, Jakarta sudah 12.000 lebih kasus DBD.
Pada Maret saja, tercatat 2.200 kasus DBD, lalu melonjak di April jadi 3164 kasus dan mulai menurun pada Mei dengan 3019 kasus. Hingga saat ini, status kasus DBD pun terus menurun.
Baca juga: Jakpus tunggu arahan Kemenkes-Dinkes soal nyamuk Wolbachia
Khusus di Jakarta, Jakarta Barat tercatat telah terjadi 716 kasus, disusul Jakarta Selatan 576, Jakarta Timur 562, Jakarta Utara 262 kasus, Jakarta Pusat 172 dan Kepulauan seribu 18 kasus.
Meskipun nantinya nyamuk tersebut sudah dilepaskan, Ani mengatakan kegiatan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dan 3M Plus tetap perlu dilakukan.
“Sebenarnya teknologi wolbachia ini merupakan salah satu inovasi yang melengkapi strategi pengendalian yang sudah tertuang sebelumnya di dalam strategi nasional tentang pengendalian dengue,” kata Ani.
Metode pelepasan
Ani menjelaskan, telah disediakan sebanyak 800 orang tua asuh yakni rumah-rumah yang nantinya akan dititipkan ember berisi telur-telur nyamuk aedes aegypti berwolbachia.
“Rencananya akan dilakukan di RW 7, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Sudah kami petakan. Setiap 50 kali 50 meter persegi pasti diletakkan satu ember,” kata Ani.
Baca juga: Peluncuran nyamuk berwolbachia di Jakarta Barat bukan lagi uji coba
Proses penetasan telur tersebut berjalan kurang lebih selama dua minggu. Setelah itu, nantinya para orang tua asuh akan diberikan ember berisi telur nyamuk berwolbachia kembali. Hal ini akan dilakukan terus menerus selama enam bulan.
Pada 2025 ditargetkan pelepasan nyamuk aedes aegypti dilakukan di seluruh kecamatan Jakarta Barat.
Ani mengatakan, indikator keberhasilan kegiatan itu adalah populasi nyamuk wolbachia minimal 60 persen dari populasi aedes aegypti yang ada di lingkungan tersebut.
Kendati demikian, Ani mengatakan dampak keberhasilan program tersebut baru dapat dirasakan setelah dua tahun sebab proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang.
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024