Jakarta (ANTARA News) - Harga beli susu segar dari peternak oleh industri pengolahan susu sebesar Rp4.000/liter dinilai belum menguntungkan peternak sapi perah.
Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Jamil Musanif di Bogor, Jawa Barat, Jumat, mengatakan hingga saat ini produksi susu sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan nasional.
Kebutuhan susu dalam negeri, tambahnya, mencapai 6 juta liter/ hari, sedangkan kemampuan produksi nasional hanya 1,5 juta liter/hari.
Jamil Musanif menyatakan, rendahnya produksi susu sapi dalam negeri disebabkan minat peternak sapi yang rendah untuk membudidayakan sapi perah.
"Faktor pemicunya adalah harga jual susu segar yang masih murah," katanya di sela kegiatan Edukasi Susu dan Peternakan Sapi Perah bagi anak-anak sekolah di peternakan Cimory.
Rendahnya produktivitas susu nasional membuat Indonesia harus mengimpor dari luar hingga mencapai 70 persen dari kebutuhan dalam negeri.
Menurut Kepala Seksi Sapi dan Kerbau Perah Direktorat Budi Daya Ternak Kementerian Pertanian Iqbal Alim, penetapan harga jual susu segar dari peternak ke industri pengolahan susu sebesar Rp4.000/liter oleh Kementerian Perindustrian perlu dikaji ulang.
"Harga tersebut ternyata tidak sesuai lagi dengan keadaan di lapangan karena kenaikan harga pakan dan lain-lain. Oleh karena itu perlu dikaji lagi," katanya.
Rendahnya harga jual susu tersebut, tambahnya, mengakibatkan peternak sapi perah tidak bergairah untuk pengembangkan peternakannya.
Kondisi tersebut, menurut dia, mengakibatkan produktivitas susu rendah begitu juga kualitasnya semakin menurun.
Menurut Iqbal, harga jual susu dari peternak ke industri pengolahan yang ideal yakni sebesar Rp5.000/liter
Data Kementerian Pertanian menyebutkan tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia perkapita juga masih rendah yang mana saat ini hanya sekitar 11,1 kilogram (kg) per kapita/tahun.
Tingkat konsumsi susu nasional tersebut, tambahnya, jauh di bawah Malaysia yang sebesar 36,2 kg/tahun, Thailand menapai 22,2kg/tahun dan Philipina 17,8 kg/tahun.
Pewarta: Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014