Bangkok (ANTARA News) - Surakiart Sathiratai, mantan Wakil Perdana Menteri (PM) Thailand dan salah seorang calon kuat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), pada Senin (2/10) akhirnya memutuskan untuk meninggalkan partai yang dipimpin mantan PM Thaksin Shinawatra usai dikudeta dan dipecat bersama dengan lebih dari 60 tokoh lainnya.Pengunduran dirinya itu tiba hanya satu hari setelah militer, yang menggulingkan pemerintah Thaksin pada 19 September 2006, melaksanakan konstitusi "draconian" dan menunjuk Jenderal (Purnawirawan) Surayud Chulanont, mantan Panglima Angkatan Bersenjata Thailand sebagai PM baru."Saya telah mengajukan surat pengunduran diri atas nama Surakiart," kata pengacara Surakiart kepada wartawan di luar sekretariat partai Thai Rak Thai (TRT) pimpinan Thaksin.Surakiart adalah mantan Menteri Luar Negeri Thailand yang dipromosikan sebagai salah seorang pengganti Sekjen PBB, Kofi Annan. Ia termasuk tokoh politik paling senior dari para bekas menteri dan anggota parlemen yang meninggalkan TRT, demikian laporan Kantor Berita Prancis (AFP)."Sampai sekarang ini, lebih dari 60 anggota partai telah mundur, dan jumlah itu masih akan bertambah," kata seorang pejabat senior TRT yang enggan disebutkan jati dirinya.Para pejabat partai TRT dilaporkan tampak emosional, dan dalam jumpa persnya berupaya mengurangi kerugian yang ditimbulkan pada lembaga politik yang pernah kuat itu, serta dibangun sebagian besar berdasarkan kekayaan pribadi dan kharisma Thaksin."Saya mengerti bahwa pengunduran diri itu merupakan keputusan yang dimotivasi secara politik, dan menjadi hak setiap anggota untuk mundur. Thai Rak Thai akan menulis sepucuk surat guna menjelaskan situasi itu pada anggota yang tersisa," kata eksekutif partai, Veera Musikapong. Juru bicara partai TRT, Jatupron Prompan, menambahkan: "Partai mengerti sentimen anggota, tapi jumlahnya tidak masalah. Saya akan tinggal bersama Thai Rak Thai hingga kita memiliki demokrasi penuh."Surakiart telah dikabarkan di berbagai media Thailand sebagai kemungkinan menteri luar negeri dalam pemerintah yang didukung militer dan restu Raja Bhumibol Adulyadej pimpinan PM Surayud Chulanont.Meskipun bersahabat dengan Thaksin, pemimpin kudeta militer, Jenderal Sonthi, beberapa hari usai merebut kekuasaan sempat menyuarakan dukungan kepada Surakiart, dan mengatakan bahwa mereka akan terus mendukung upaya Surakiart duduk menjadi Sekjen PBB pasca-Annan.Namun, bagi banyak politisi yang dulu menjadi pengikut Thaksin berubah haluan secara drastis, karena junta militer telah membentuk panel anti-korupsi yang sangat berkuasa untuk menyelidiki Pemerintah Thaksin guna menyita aset siapa saja yang terbukti bersalah.Sophon Phetsawang, seorang mantan anggota parlemen yang juga meninggalkan partai TRT, mengatakan bahwa banyak anggota partainya khawatir menghadapi penuntutan hukum yang dapat meruntuhkan karir poitik mereka atau bahkan memasukkan mereka ke penjara."Alasan bahwa kami mundur, karena ada kemungkinan Thai Rak Thai akan dibubarkan," katanya.Jika partai itu dibubarkan, maka anggotanya dapat menghadapi larangan lima tahun untuk mencalonkan diri untuk dipilih menjadi anggota parlemen Thailand, katanya.Thaksin sendiri sekarang tinggal di pengasingan di London, Inggris, dan junta militer mengatakan bahwa ia tidak memiliki rencana segera kembali ke tanah airnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006