Kalau melihat paus atau lumba-lumba, jangan dihadang atau dibuntuti, karena bisa merusak kohesi sosial dan bisa menyebabkan mereka panik
Jakarta (ANTARA) - Ahli Cetacea dari James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika membagikan saran kepada masyarakat pesisir jika terdapat kejadian paus terdampar di lingkungan sekitarnya.

"Yang paling penting adalah crowd control, karena banyak anggota masyarakat yang menaiki hewan atau menarik anggota tubuh hewan, dan bukannya membantu proses rescue," katanya dalam kegiatan diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Selanjutnya, Icha, sapaan akrabnya, menekankan pentingnya kontrol terhadap keramaian, yang salah satu caranya bisa diperoleh dengan menghubungi aparat keamanan setempat, untuk selanjutnya diberikan garis polisi.

Kemudian, sambungnya, masyarakat yang mengetahuinya bisa menghubungi kepala/perangkat desa setempat, untuk meneruskan informasi terdamparnya paus tersebut ke pemangku kepentingan terkait.

"Jika massa bisa dikendalikan dan ada community leader yang bisa dikontak, masyarakat bisa membantu dengan membasahi kulit hewan, tetapi tidak di daerah lubang napas," ujarnya.

Baca juga: Ahli jelaskan penyebab terdamparnya puluhan ekor paus di Alor NTT
Baca juga: BKKPN cek kebenaran 50 ekor paus terdampar di Alor NTT


Icha menekankan tindakan memasukkan air ke dalam lubang napas seekor paus, yang kerap dilakukan oleh masyarakat awam sangat berbahaya bagi paus itu sendiri, sebab, paus merupakan mamalia yang bernapas dengan paru-paru.

Di samping itu, dalam proses evakuasi, lanjutnya, petugas terkait agar tidak menarik sirip paus, sebab sirip terdiri atas tulang-tulang lunak yang fatal bagi paus.

Masyarakat, kata dia, juga diimbau untuk tidak mengganggu/menaiki tubuh paus yang terdampar, karena hewan ini berada dalam kondisi yang lemah dan perlu penanganan yang tepat.

Adapun dalam pencegahan kasus paus terdampar, kata Icha, masyarakat yang menemukan paus secara langsung di habitatnya agar berhenti dengan jarak 150 meter dari paus, serta mematikan mesin kapal dan membiarkan paus datang/lewat.

"Kalau melihat paus atau lumba-lumba, jangan dihadang atau dibuntuti, karena bisa merusak kohesi sosial dan bisa menyebabkan mereka panik. Kalau mereka panik, maka akan membuat mereka stres, sakit, dan lalu kemudian terdampar," tutur Icha Mustika.

Baca juga: BKSDA Bali tak lakukan pembedahan paus terdampar di Pantai Kuta
Baca juga: Warga dan nelayan selamatkan paus terdampar di Pantai Citepus Sukabumi

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024