Turnamen ini awalnya dikenal sebagai Asian Youth Championship dan hanya diikuti oleh beberapa negara. Kompetisi pertama diselenggarakan di Malaysia dengan peserta yang masih terbatas. Seiring dengan berjalannya waktu, turnamen ini mengalami perubahan baik dari segi format maupun jumlah peserta.
Pada tahun-tahun awal, pertandingan diselenggarakan dengan sistem round-robin atau grup kecil. Namun, seiring bertambahnya jumlah peserta, format kompetisi mulai menyesuaikan, dengan fase grup dan babak gugur diperkenalkan untuk menambah daya saing turnamen.
Seiring berjalannya waktu, kompetisi ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi bagi negara-negara di Asia, tetapi juga menjadi batu loncatan penting bagi para pemain muda untuk berkarir di tingkat senior. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah dan perkembangan Piala Asia U-20, simak penjelasannya di bawah ini.
Sejarah singkat Piala Asia U-20
Piala Asia U-20 sebelumnya dikenal sebagai Kejuaraan Remaja AFC dan Kejuaraan U-19 AFC, merupakan turnamen sepak bola internasional dua tahunan yang diorganisir oleh AFC. Kompetisi ini pertama kali digelar pada tahun 1959 di Malaysia.
Awalnya, dari 1959 hingga 1978, turnamen diadakan setiap tahun tanpa babak kualifikasi. Namun, sejak 1980, turnamen ini berlangsung selama dua tahun sekali, dan pada edisi 1980 menjadi yang pertama menerapkan sistem kualifikasi.
Baca juga: PSSI: Timnas U-20 jalani TC di IKN
Baca juga: Erick sebut turnamen di Korea Selatan untuk asah mental timnas U-20
AFC sebelumnya mengajukan untuk mengubah kategori turnamen dari U-19 menjadi U-20 mulai edisi 2023 lalu. Selain itu, nama turnamen juga akan diubah dari Kejuaraan U-19 AFC menjadi Piala Asia U-20 AFC.
Pada edisi perdana tahun 1959, Korea Selatan keluar sebagai juara. Setahun kemudian, pada 1960, mereka sukses mempertahankan gelar. Timnas Indonesia mulai ambil bagian pada 1960, namun hanya mampu finis di peringkat keempat setelah dikalahkan oleh Jepang.
Pada 1961, Timnas Indonesia mencatat prestasi bersejarah di level Asia. Dalam laga final melawan Myanmar, pertandingan berakhir imbang 0-0, saat itu belum diterapkan sistem perpanjangan waktu. Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej, kemudian menetapkan kedua tim sebagai juara bersama.
Dengan demikian, Indonesia dan Myanmar sama-sama meraih gelar juara Piala Asia 1961. Selain itu, Indonesia juga pernah menjadi runner-up pada edisi 1967 dan 1970.
Berdasarkan data resmi peraih gelar juara sejak ajang ini dimulai pada tahun 1959 hingga sekarang, Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan jumlah gelar juara terbanyak di Piala Asia, telah berhasil meraih podium juara sebanyak 12 kali.
Piala Asia AFC U-20 2025 akan menjadi edisi ke-42 dari turnamen tersebut, yang mencakup edisi sebelumnya seperti AFC Youth Championship dan AFC U-19 Championship, dan diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Pada 24 Mei 2024, AFC mengumumkan bahwa China terpilih sebagai tuan rumah untuk turnamen ini.
Sebanyak 16 tim akan berkompetisi dalam turnamen ini. Empat tim terbaik dari turnamen akan mendapatkan tiket ke Piala Dunia FIFA U-20 2025 yang berlangsung di Chili sebagai wakil dari AFC.
Selain prestise di tingkat Asia, turnamen ini juga berfungsi sebagai kualifikasi untuk Piala Dunia U-20 FIFA. Negara-negara yang berhasil mencapai posisi teratas di turnamen ini akan lolos ke Piala Dunia U-20, memberikan para pemain kesempatan untuk tampil di panggung yang lebih besar.
Pertandingan kualifikasi Piala Asia U-20 AFC dijadwalkan berlangsung dari 21 hingga 29 September 2024. Tim yang berhasil lolos, termasuk tuan rumah China, akan melanjutkan ke babak final.
Piala Asia U-20 AFC 2025 akan diselenggarakan di Tiongkok sebagai tuan rumah. Turnamen ini dijadwalkan berlangsung dari tanggal 6 hingga 23 Februari 2025. Sebanyak 16 tim akan berpartisipasi dalam kompetisi ini, yang semuanya berasal dari satu konfederasi, yaitu Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Baca juga: Kapten timnas U-20 tegaskan persiapan tim dalam kondisi terbaik
Baca juga: Indonesia fokus tatap laga kualifikasi Piala Asia U-20 satu per satu
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2024
