"Ini sudah dicanangkan sejak zaman Presiden Jokowi dan insyaAllah nantinya oleh Presiden terpilih, Bapak Prabowo, ini menjadi salah satu prioritas, hilirisasi ini," kata Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno dalam acara Investortrust Future Forum di Jakarta, Rabu.
Dirinya mengatakan komitmen pemerintahan selanjutnya terhadap pemajuan hilirisasi di Tanah Air dikarenakan beleid tersebut sudah memberikan banyak manfaat bagi ekonomi Indonesia.
Seperti halnya proses pengolahan di sektor nikel yang memberi nilai tambah sebanyak 11,4 kali lipat ketika diolah menjadi nikel sulfat, meningkat kembali 19,4 kali lipat ketika dijual sebagai prekursor, serta naik hingga 67,7 kali lipat ketika dijual dalam bentuk sel baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Selain itu, Riyatno mengatakan untuk tetap menjaga ekosistem hilirisasi secara berkelanjutan, menurut dia Kementerian Investasi telah mengimplementasikan beberapa hal, seperti penerbitan regulasi pendukung, insentif perpajakan, mendorong kebijakan sektor keuangan, serta aturan pelarangan ekspor bahan mentah untuk nikel, bauksit, tembaga dan timah.
"Insentif perpajakan salah satunya yang ditangani melalui Kementerian Investasi/BKPM adalah tax holiday dan juga tax allowance. Kemudian juga adanya kebijakan sektor keuangan yaitu OJK menerbitkan kebijakan di industri perbankan untuk mendukung program percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, misalnya," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo menitipkan keberlanjutan hilirisasi industri hingga proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) kepada Prabowo Subianto setelah menjadi Presiden RI periode 2024 - 2029.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa keberlanjutan program kerakyatan, baik itu keberlanjutan pembangunan infrastruktur maupun sumber daya manusia (SDM), sangat penting.
Baca juga: Jokowi: Indonesia memasuki babak baru negara industri via hilirisasi
Baca juga: Kementerian BUMN mendorong kolaborasi wujudkan hilirisasi mineral
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024