Bandung (ANTARA News) - Pabrikan ponsel lokal, Polytron, diimbau untuk meningkatkan upaya mereka memenuhi permintaan dan kebutuhan ponsel di Indonesia, demikian Menteri Perindustrian MS Hidayat.
"Polytron itu tadi saya sempat sampaikan agar terus meningkatkan upaya melayani permintaan pasar di Indonesia, sebab pemerintah tengah berupaya menekan laju impor ponsel yang berimbas pada devisa," kata Hidayat selepas membuka Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2014 di Bandung, Kamis.
Polytron menjadi salah satu dari 130 peserta yang memamerkan produk mereka di dalam PPI 2014 di Harris Convention Festival Citylink Bandung, 22-25 Mei.
Hidayat menuturkan Polytron, yang memproduksi ponsel di Kudus, Jawa Tengah, sudah meluncurkan sedikitnya 13 produk ponsel yang dinilainya akan bertarung dengan produk-produk serupa dari Tiongkok.
"Itu mereka sudah produksi 13 jenis, di Kudus, dijual dengan kisaran Rp250 ribu. Artinya bersaing dengan produk-produk dari Tiongkok," katanya.
"Makanya saya minta tingkatkan karena pemerintah tengah berusaha menghambat laju impor ponsel yang sudah mencapai 70 juta unit per tahun, itu sama sekali tidak sehat dalam kepentingan devisa kita," tambahnya.
Hidayat menyebutkan geliat pasar ponsel di Indonesia terus bergairah sementara suplai produsen dalam negeri masih sangat kecil akibat industrinya belum tumbuh benar.
"Makanya kita jadi impor, oleh karenanya apa pun akan diupayakan supaya ada investasi yang besar di lini itu," ujarnya.
Hidayat mengatakan Polytron merupakan satu dari empat produsen ponsel lokal yang tengah bersaing menghadapi gempuran produk impor.Keempatnya, akan diupayakan supaya lebih digalakkan lagi dan bersiap menghadapi produk impor.
Selain itu, Hidayat menuturkan bahwa pihaknya tengah berusaha menjajaki dengan sejumlah pabrikan luar seperti FoxConn dan Samsung untuk membuka investasi di Indonesia.
"Kemarin Blackberry juga sempat kemari, tetapi tidak saya temui karena masih berbicara soal distribusi pasar mereka di sini, kalau sudah berbicara tentang investasi baru saya temui," pungkasnya.(*)
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014