Yang kita butuhkan revolusi akhlak untuk memperbaiki bangsa, bukan sekedar puas dengan reformasi."Mamuju (ANTARA News) - Ketua Laskar Anti Korupsi Provinsi Sulawesi Barat (Lak-Sulbar) Muslim Fatillah Azis mengatakan, butuh revolusi akhlak untuk memperbaiki bangsa agar lebih baik dimasa mendatang.
"Yang kita butuhkan revolusi akhlak untuk memperbaiki bangsa, bukan sekedar puas dengan reformasi," kata Muslim Fatillah Azis pada acara dialog publik peringatan 16 tahun reformasi di Mamuju, Rabu.
Acara dialog peringatan reformasi di Mamuju diikuti puluhan aktivis mahasiswa melibatkan sejumlah organisasi mahasiswa, organisasi kampus, LSM dan media.
Ia mengatakan, semangat reformasi adalah cita cita bangsa ini untuk menjanjikan kesejahteraan yang lebih baik di masyarakat, tetapi betapa kesenjangan masih terjadi.
Menurutnya, penegakan hukum juga belum terjadi masih tampak pejabat melakukan korupsi tanpa tersentuh hukum.
"Antek asing mengeksploitasi sumber daya alam, algojo, raja kecil, masih tampak di daerah itu adalah fakta, perjuangan reformasi belum tuntas," katanya.
Ia mengatakan, reformasi tidak begitu baik dibandingkan orde baru yang memiskinkan masyarakat yang di dalamnya juga terdapat intimidasi, teror, penculikan aktivis reformasi.
Oleh karena itu ia mengatakan, yang penting sekarang ini memperjuangkan revolusi akhlak karena perjuangan reformasi tidak cukup memperbaiki, agar tidak lagi terjadi masalah bangsa di berbagai bidang.
"Mahasiswa LSM media mesti bersatu memperbaiki moral bangsa dengan membangun akhlak yang baik, agar terjadi perbaikan bangsa dan tidak ada lagi kelompok yang satu memangsa kelompok lainnya," katanya.
Ia mengatakan, meski mahasiswa telah banyak yang dirangkul karena sering melakukan demo oleh penguasa untuk membungkam mereka tetapi dimanapun kita berada harus memperjuangkan bangsa ini.
"Tidak salah penerus perjuangan bangsa ini ada di segala bidang, terserah generasi bangsa ini mau apa mengisi pembangunan tetapi ketika menjadi pejabat mesti memperjuangkan masyarakat untuk kesejahteraannya," katanya. (*)
Pewarta: M Faisal Hanapi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014