"Sebanyak 14 maskapai penerbangan telah menangguhkan penerbangan ke Lebanon," kata Kepala Asosiasi Agen Perjalanan dan Turis Lebanon, Jean Abboud, dalam konferensi pers di Beirut pada Senin.
Ia mengatakan jumlah penumpang di bandara tersebut menurun sekitar 30 persen hingga 40 persen.
Abboud mengatakan beberapa maskapai besar menangguhkan penerbangan ke Lebanon, termasuk Swiss International Air Lines, Kuwait Airways, Transavia, Air France, Lufthansa, dan Saudi Airlines.
Maskapai penerbangan nasional Lebanon, Middle East Airlines (MEA), menambah penerbangan ekstra untuk mengakomodasi kesenjangan yang disebabkan oleh tidak adanya maskapai lain, ujarnya.
Sedikitnya 182 korban tewas dan 727 orang lainnya terluka akibat serangan udara besar-besaran Israel yang menargetkan beberapa wilayah di Lebanon sejak Senin pagi, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Militer Israel mengatakan telah melancarkan lebih dari 300 serangan udara di Lebanon sejak dini hari, menandai pemboman terberat sejak dimulainya permusuhan pada 8 Oktober lalu.
Ketegangan meningkat antara Hizbullah dan Israel menyusul serangan udara mematikan pada Jumat (20/9) yang menewaskan sedikitnya 45 korban—termasuk anak-anak dan perempuan—serta melukai puluhan orang di pinggiran selatan Beirut.
Hizbullah mengonfirmasi bahwa sedikitnya 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan utama Ahmed Wahbi, tewas akibar serangan Israel.
Serangan itu terjadi dua hari setelah sedikitnya 37 korban tewas dan lebih dari 3.000 orang lainnya terluka dalam dua gelombang ledakan perangkat komunikasi nirkabel di Lebanon.
Sementara pemerintah Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan tersebut, Tel Aviv tidak membantah atau mengonfirmasi keterlibatannya.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Malaysia minta warganya tangguhkan perjalanan ke Lebanon
Baca juga: Israel-Hizbullah memanas, Australia minta warganya tinggalkan Lebanon
Penerjemah: Yashinta Difa
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024