Tentu saja, kata pria yang bernama lengkap Ibrahim Imran itu di Jakarta, Senin, hal tersebut tidak bisa dijadikan patokan dalam memilih pemimpin.
"Tapi coba kalau presidennya suka musik, pasti dia akan mengambil kebijakan secara arif bijaksana tidak semata-mata didasarkan pada logika, tapi juga mempertimbangkan rasa seni-nya juga," katanya.
Pria kelahiran Hong Kong 40 tahun silam itu mengatakan sudah memiliki gambaran sosok yang akan dipilihnya dalam pemilihan presiden 9 Juli mendatang.
"Sebenarnya saya malas ngomong politik, tapi yah pilih yang terbaik saja. Sejauh ini sih yang terbaik sepertinya ada. Sudah ada gambaran saya akan pilih siapa," katanya.
Dalam memilih calon presiden, Baim mengatakan lebih melihat pada karakter calon presiden ketimbang program-programnya karena menurut dia program bisa disusun oleh tim di belakang sang capres, namun karakter seseorang tidak bisa dibuat-buat.
Baim berharap dengan datangnya pemerintahan baru maka dunia musik Tanah Air akan lebih terperhatikan.
"Meski saya sadar mengubah kebijakan itu tidak secepat membalikkan telapak tangan tapi saya optimis mudah-mudahan pemerintah yang baru bisa menyentuh sektor-sektor yang dulu belum terjamah seperti bagaimana memberantas pembajakan. Dari dulu, hampir satu dekade kan ngomongnya sama, mau berantas pembajakan, tapi nyatanya sampai sekarang belum bisa," kata suami dari Artika Sari Devi tersebut.
Selain terkenal sebagai musisi, Baim juga aktif dalam dunia seni peran, terutama film. Film terbaru Baim adalah "Sang Pemberani" yang akan tayang besok, 22 Mei.
Dalam film yang berkisah tentang perjalanan remaja korban Tsunami Aceh dalam mengejar cita-cita sebagai juara karate dunia itu, Baim berperan sebagai sensei Ryan, guru karate pada Dojo tempat sang tokoh utama berguru.
Baim yang memang suka karate itu sangat terinspirasi dengan alur cerita film-nya tersebut dan akan meneruskan berlatih karate.
"Saya baru dan (sabuk) putih, nanti akan latihan lagi supaya bisa naik tingkat," katanya.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014