Hong Kong (ANTARA) - "Halo! Nama saya Wanzy. Saya seorang pencinta kucing," kata juru bahasa isyarat Wanzy Lo, sambil meletakkan tiga jari secara horizontal di wajahnya saat memperkenalkan diri.

Gerakan tangan ini merepresentasikan kumis kucing dan huruf "W" pada Wanzy, yang menjadi nama isyarat Lo.

Organisasi Masyarakat Tunarungu Hong Kong (Hong Kong Society for the Deaf/HKSD) menetapkan tanggal 18 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Hong Kong sejak 2016. Setiap tahun sekitar pekan ketiga September, Lo, Sign Language Officer HKSD, dan rekan-rekannya sibuk mempersiapkan berbagai kegiatan untuk mempromosikan bahasa isyarat.

Pada Minggu (22/9), upacara peluncuran Hari Bahasa Isyarat Hong Kong tahun ini digelar di sebuah pusat perbelanjaan yang besar. Salah satu kegiatan yang menjadi sorotan adalah mengajarkan masyarakat untuk membuat nama mereka sendiri menggunakan bahasa isyarat.

Juru bahasa isyarat HKSD tidak hanya menyampaikan makna secara akurat, tetapi juga menangkap esensi pesan guna meningkatkan "keterbacaan".

Pada April lalu, Lo dan salah satu koleganya diundang untuk menjadi juru bahasa isyarat di acara Hong Kong Film Awards. Ini merupakan kali pertama bagi Lo melakukan penjurubahasaan bahasa isyarat dalam program siaran langsung yang berorientasi hiburan. Meskipun berada dalam situasi penuh tekanan, dia berusaha secara maksimal untuk tetap memberikan hasil yang terbaik.

"Film merupakan sebuah seni. Ketika menjurubahasakannya, ini bukan hanya soal menyampaikan informasi secara kaku kepada penonton, melainkan juga mengekspresikan emosi," ungkap Lo. Ketika menjurubahasakan pertunjukan lagu dan pidato yang menyentuh, dia akan memperkuat ekspresi wajahnya agar membuat para penonton tunarungu lebih terhubung.

Sekitar 10 tahun lalu, pemerintah Daerah Administratif Khusus (Special Administrative Region/SAR) Hong Kong dan Dewan Legislatif SAR Hong Kong mulai mencoba memperkenalkan penjurubahasaan bahasa isyarat secara langsung untuk beberapa pertemuan penting, dan HKSD memainkan peran sebagai perintisnya.

Penjurubahasaan bahasa isyarat adalah hal yang sangat menantang, terutama dalam program siaran langsung, yang membutuhkan respons cepat dan penyampaian makna yang cepat. Juru bahasa harus memperhatikan informasi yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari.
 
   Wanzy Lo, Petugas Bahasa Isyarat Masyarakat Tuna Rungu Hong Kong, dalam sebuah wawancara di Hong Kong, China, pada 12 Agustus 2024. ANTARA/Xinhua/Zhu Wei.


Lo menekankan bahwa baik dalam penerjemahan teks maupun penjurubahasaan bahasa isyarat, seseorang diharapkan memiliki dasar pengetahuan yang lebih luas daripada yang lain agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

Saat ini, ada sembilan juru bahasa isyarat penuh waktu di HKSD dan jadwal mereka selalu padat.

Permintaan untuk layanan penjurubahasaan bahasa isyarat di Hong Kong terbilang cukup tinggi. Pada 2023 hingga 2024, HKSD sendiri telah menyediakan lebih dari 82.000 layanan penjurubahasaan bahasa isyarat.

Menurut "Daftar Juru Bahasa Isyarat di Hong Kong" (List of Sign Language Interpreters in Hong Kong) yang dibuat oleh beberapa organisasi kesejahteraan setempat, saat ini, terdapat lebih dari 50 juru bahasa isyarat di Hong Kong yang memenuhi persyaratan dasar.

Timmy Chan, kepala Pusat Bahasa Isyarat HKSD, mengatakan bahwa meski para penyandang tunarungu dapat berkomunikasi melalui tulisan atau aplikasi pesan di ponsel, bahasa isyarat tatap muka tetap menjadi metode yang ideal bagi mereka.

"Juru bahasa isyarat adalah jembatan penghubung yang penting antara penyandang tunarungu dan dunia luar," ujar Chan, seraya berharap agar semakin banyak orang yang bergabung dalam kelompok juru bahasa isyarat, sehingga semakin banyak penyandang tunarungu yang dapat merasakan manfaatnya. 


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024